Bag (1)
Kerajaan Britania Raya, sejak dari masa lampau dan dalam waktu yang
panjang telah memikirkan tentang kelanggengan imperatur dengan kekuasaan
yang luas dan besar, sebagaimana keadaannya sekarang dari timur sampai
barat. Dulu negara kami kecil dibandingkan negara-negara jajahan yang
kami kuasai sekarang, di India, Cina, Timur Tengah dan lainnya. Kami
akui bahwa kami tidak pernah berkuasa secara nyata atas bagian-bagian
besar dari negara-negara tersebut, sebab kekuasaan yang nyata berada di
tangan para pemiliknya. Hanya saja politik kami di dalam negara-negara
itu mengalami kesuksesan dan berpengaruh. Dan di tangan kamilah jatuhnya
negara-negara itu secara menyeluruh, dan yang harus kami tempuh ialah
memecahkan dua langkah di bawah ini:
1-Bagaimana melestarikan kekuasaan kami dengan kekuasaan yang seutuhnya dan sesungguhnya.
2-Bagaimana menyempurnakan secara nyata kekuasaan kami yang masih belum sempurna menjadi otoritas dan jajahan kami.
Untuk mempelajari masalah yang penting ini, aku memasuki perwakilan
di setiap bidang dan komisi di jajahan-jajahan kami. Dan aku sendiri
sejak kami memasuki perwakilan ini mendapatkan sambutan yang baik,
dipercaya oleh perdana mentri (India). Ia menyerahkan amanat yang
penting (sebuah perserikatan di wilayah Timur India) kepadaku, yang mana
kepentingan kami secara lahir terletak pada murni perniagaan, dan
secara batin menguatkan tali-tali kekuasaan kami atas India. Yang
kemudian membuka jalan bagi kami sampai pada wilayah-wilayah yang luas
seluas benua.
Pemerintahan kami di India menjadi kuat, melihat bermacam-macamnya
kaum, agama, bahasa yang berbeda-beda dan adanya
perselisihan-perselisihan. Sebagaimana pemerintahan kami di Cina,
melihat adanya agama Budha dan Konghucu yang menjadi mayoritas di negara
ini, tidak pernah mengkhawatirkan kami dengan tegaknya dua agama
tersebut. Sebab dua keyakinan ini adalah dua agama yang mati, yang hanya
menyibukkan diri dengan masalah-masalah kerohaniaan dan mengesampingkan
sisi kehidupan dunia. Maka jauhlah bila dalam hati mereka tertanam
cinta tanah air. Oleh karena itu dua keyakinan ini tidak mengkhawatirkan
bagi pemerintahan Britania Raya. Jelas, kami tidak akan pernah lupa
akan perkembangan dan kemajuan di masa datang, dan untuk itu telah kami
persiapkan langkah-langkah panjang dan tetap untuk penguasaan kami dari
perpecahan, kebodohan, kemiskinan dan bisa juga masalah penyakit. Dan
kami tidak merasakan kesulitan dalam memenuhi niat-niat kami dengan
topeng penyerupaan yang sama dengan mereka di negara ini, menyilaukan di
luar dan kokoh dalam kenyataan. Kami lakukan itu mempraktekkan pepatah
Budha kuno “Tinggalkan orang sakit, ia akan merasakan cintanya pada obat meskipun rasanya pahit”
Tetapi yang mengganggu pikiran kami adalah negara-negara Islam.
Kalaupun kami telah mengadakan kesepakatan dengan seorang laki yang
sakit (yang dimaksud adalah imperatur usmaniyah), maka beberapa
perjanjian di dalamnya menguntungkan kami. Dan menurut pengamatan para
ahli informasi perwakilan negara-negara jajahan kami, bahwa ‘orang laki’
itu akan mengakhiri dirinya kurang dari satu abad. Kami juga telah
mengadakan kesepakatan dengan pemerintahan Parsi secara rahasia, dengan
beberapa perjanjian. Dan kami telah menaruh beberapa mata-mata dan
pekerja kami di dua negara ini, di samping penyuapan, hasrat yang buruk
dan sibuknya para pemerintah bermain perempuan-perempuan cantik, telah
merebah dipermukaan dua negri ini. Tetapi kami masih belum puas dengan
hasil-hasil yang tampak, dikarenakan beberapa sebab:
1-Kekuatan Islam ada dalam jiwa-jiwa para penganutnya, karena
seorang laki yang muslim berpegang pada Islam dengan segala
kekeuatannya, sehingga anda lihat bahwa Islam bagi jiwa seorang muslim
kedudukannya seperti ajaran Kristen dalam jiwa-jiwa para pendeta, dan
jiwa-jiwa mereka melebur dalam ajaran Kristen. Sedangkan kaum muslimin
di negara Parsi (kaum Syi’ah) lebih berbahaya, di mana mereka melihat
kaum Nasrani adalah kafir dan najis. Seorang nasrani dalam pandangan
orang syiah, adalah najis. Kedudukannya seperti kotoran busuk yang ada
di tangan kami dan harus dihilangkan dari tangan mereka. Pernah aku
tanyakan pada salah seorang dari mereka: “Kenapa kalian memandang
demikian terhadap seorang kristen?”
“Sesungguhnya Nabi Islam adalah seorang laki yang bijak. Beliau ingin
membatasi setiap orang kafir dengan tekanan etika supaya merasa resah
dan takut, dan agar menjadi salah satu faktor hidayah baginya kepada
Allah dan memilih agama yang benar. Sebagaimana suatu pemerintahan jika
merasakan bahaya dari seseorang, maka pemerintah akan membatasi orang
itu dengan suatu pembatasan supaya ia kembali taat dan patuh. Dan
mengenai najis yang anda singgung tadi adalah najis maknawi
bukan najis materi dan lahiriyah, dan itu tidak hanya berlaku pada kaum
masehi saja tetapi meliputi semua orang yang kafir, termasuk kaum majusi
yang menjadi agama orang-orang Parsi kuno, mereka najis menurut Islam”
jelasanya.
Aku berkata padanya, “Baiklah! Tetapi kenapa orang-orang kristen
najis sedangkan mereka mengimani Allah, kerasulan dan hari kebangkitan?”
Ia berkata, “Dikarenakan dua perkara: pertama, mereka mengingkari
Nabi kami (Muhammad saw), kalian mengatakan bahwa Muhammad adalah
pembohong. Dan kami dalam pandang itu adalah pencelaan, maka kami
katakan kepada mereka: “Wahai orang-orang kristen! Kalian adalah najis,
sebagaimana dalil akal yang bijak menyatakan bahwa “Barangsiapa yang
telah menyakitimu maka anda boleh menyakitinya”. Kedua, mereka menuduh
para Nabi Allah dengan tuduhan yang tak pantas, seperti pernyataan
bahwa: “Isa al-Masih pernah minum khamar dan ia dikutuk lantaran
menggantung di atas kayu”
Aku bantah ia dengan mengatakan: “Orang-orang kristen tidak mengatakan demikian?”.
Ia berkata, “Anda tidak tahu bahwa di dalam kitab suci mereka mengatakan demikian!”.
Aku terdiam, dan yakin bahwa orang laki itu berdusta soal perkara
yang kedua, walaupun ia benar pada perkara yang pertama. Dan aku tidak
pernah ingin berdebat panjang dengannya, karena aku takut diriku
terpengaruh sehingga ragu. “Ketika aku berada di atribut Islami, aku
selalu menjauhi keadaan yang tersudutkan”.
2-Islam pernah pada suatu hari adalah agama kehidupan dan kekuasaan,
dan yang memberatkan ialah anda harus mengatakan kepada para pemimpin
kalian bahwa “kalian adalah para budak”, sebab semangat kepemimpinan
mendorong manusia pada kepercayaan yang tinggi meskipun keadaannya lemah
dan terbelakang. Sedangkan kami tidak pernah mampu merubah sejarah
Islam, supaya kami dapat menyampaikan kepada kaum muslimin bahwa
kepemimpinan yang mereka anut adalah kepemimpinan yang menciptakan
kondisi-kondisi khusus yang memalingkan dari kebenaran.
3-Kami tidak merasa tenang dengan bangkitnya kesadaran dalam
jiwa-jiwa “keluarga ‘Utsman” dan para ulama Iran, yang menggagalkan
langkah-langkah kami dalam memperoleh kekuasaan. Menurut pengamatan
kami, memang benar bahwa dua pemerintahan ini telah mengalami kelemahan
yang cukup besar, kecuali adanya sebuah basis pemerintahan yang memimpin
umat, yang mana tampuk kepemimpinan, harat dan senjata ada di
tangannya, membuat manusia resah.
4-Kami sangat gelisah dengan keberadaan ulama Islam antara lain:
ulama Azhar (Mesir), ulama Iraq dan ulama Iran. Mereka betul-betul telah
menghalangi langkah-langkah kami, mereka ini adalah orang-orang yang
sangat bodoh tentang prinsip-prinsip kehidupan masa kini. Yang mereka
angan-angankan hanyalah surga yang dijanjikan dalam al-Qur`an. Mereka
tidak akan menyerahkan prinsip-prinsip mereka sedikitpun. Rakyat
mengikuti mereka sedangkan seorang raja merasa takut seperti tikus yang
takut dengan kucing. Memang benar bahwa kaum Ahlus sunnah sangat sedikit
mengikuti ulama mereka, mereka mengikuti antara seorang raja dan
seorang syeikh Islam. Sedangkan kaum Syi’ah sangat berpegang pada
kepemimpinan ulama, karena mereka hanya mau dipimpin oleh seorang alim
dan tidak percaya kepada seorang raja. Namun adanya perbedaan dua
kelompok ini tidak cukup meringankan kegelisahan kami sedikitpun,
kegelisahan yang mencekam perwakilan negara-negara jajahan bahkan para
pemerintah Britania Raya.
Kami sudah mengadakan berbagai mu`tamar untuk memecahkan
problem-problem yang meresahkan ini, namun pada setiap kesempatan kami
tetap tidak menemukan jalan keluar. Sementara perkiraan-perkiraan yang
sudah kami susun dengan rapi melalui para pekerja dan mata-mata kami,
telah merusak harapan kami. Hasilnya nol bahkan di bawah nol. Tetapi
kami tetap tidak pernah putus asa, selama kami bisa bernafas kami tetap
bersabar yang tiada batas.
|
Pasukan Ibn Saud |
Aku jadi teringat, pada suatu kesempatan kami mengadakan sebuah
mu`tamar yang dihadiri perdana mentri, para pendeta dan beberapa
perwakilan. Jumlah anggota kami saat itu dua puluh orang. Dalam muktamar
itu terjadi perdebatan yang memakan waktu lebih dari tiga jam, dan
selesai tanpa membuahkan hasil satu masalah pun. Seorang pendeta
berkata: “Kalian jangan bingung, Isa al-Masih tidak pernah mencapai
suatu keputusan kecuali setelah tiga ratus tahun ia bangkit, terusir dan
terbunuh bersama para pengikutnya. Semoga Al-Masih melihat kita dari
langit dan mengkaruniakan kita musnahnya orang-orang kafir dari
basis-basis mereka, meskipun setelah tiga ratus tahun. Kita harus
bersenjatakan iman yang kokoh dan kesabaran yang panjang, dan kita harus
mengambil semua sarana dan jalan untuk kekuasaan dan menyebarkanj agama
Masehi di tempat-tempat yang subur dengan orang-orang Islam, walaupun
misalnya berhasil setelah beberapa abad. Sesungguhnya nenek moyang kita
dahulu menanamkan berita-berita”
Di kesempatan lain, sebuah muktamar antar perwakilan yang dihadiri
oleh para tokoh dari Britania, Perancis dan Rusia. Pertemuan saat itu
menjadi sebuah muktamar tingkat tertinggi, karena yang hadir terdiri
dari lembaga-lembaga diplomasi dan tokoh-tokoh agama. Dan di waktu itu
aku bernasib baik, aku hadir muktamar itu lantaran hubunganku yang erat
dengan perdana mentri. Para peserta muktamar dengan sempurna memaparkan
problem-problem orang-orang Islam. Mereka menerangkan tentang cara-cara
memporak-porandakan mereka, dan mengikis keyakinan mereka dan merusak
iman mereka. Seperti kembalinya Spanyol pada keyakinan semula setelah
berperang dengan orang-orang Islam yang barbar selama beberapa abad.
Tetapi hasilnya tetap belum memuaskan, dan aku catat setiap perdebatan
di dalam muktamar ini dalam buku catatanku (disaksikan al-Masih di
langit).
Kesulitan kami ialah mencabut akar-akar pohon yang mengakar di Timur
dan Barat Bumi. Tetapi manusia diharuskan menaklukkan
kesulitan-kesulitan betapapun kadarnya. Dan sesungguhnya ajaran kristen
tidak turun kecuali agar menyebar dan kami sudah berjanji dengan
al-Masih sendiri. Adapun Muhammad akan mengalami kondisi kemunduran di
Timur dan Barat. Dan akhirnya ia akan terpalingkan dan pengikutnya
musnah bersamanya. Kami yakin bahwa suatu saat akan terbalik, para
pengikut Muhammad akan jatuh sedangkan negri penganut al-Masih akan
terangkat. Karena itu sekaranglah waktunya untuk membalas dan
mengembalikan apa-apa yang hilang selama berabad-abad. Ialah
pemerintahan kontemporer yang kokoh, yakni Britania Raya yang pada
gilirannya akan berkuasa.
Bag 2
Pada tahun 1710 M, perwakilan negara-negara jajahan telah mengutusku
ke Mesir, Iraq, Tehran, Hijaz dan Astana untuk mengumpulkan
dokumen-dokumen lengkap yang akan memberi jalan keluar bagi kami untuk
memporak-porandakan kaum muslimin dan meluaskan kekuasaan kami di atas
negri-negri Islam. Pada waktu yang sama perwakilan mengutus sembilan
pejabat yang terpilih, berjiwa patriot, disiplin dan pemberani. Mereka
diutus untuk kekuasaan pemerintah ke selururuh bagian-bagian imperatur
dan semua negara Islam. Kami dibekali harta yang cukup oleh perwakilan,
maklumat yang diperlukan, peta-peta yang memadai dan nama-nama para
hakim, ulama dan tokoh-tokoh tiap suku. Dan aku tidak senang dengan
ucapan sekretaris di saat perpisahan ‘dengan nama al-Masih’, yang
mengatakan: “Masa depan negri kita bergantung pada keberhasilan kalian,
karena itu berjuanglah dengan sekuat tenaga kalian agar kalian
berhasil”.
|
Ibn Saud Family |
Maka aku berangkat menuju Astana sebuah basis khilafah Islam. Di sana
ada beberapa pekerjaan pentingku sekaligus, ialah belajar bahasa Turki,
bahasa kaum muslimin di sana. Di london aku pernah belajar tiga bahasa
Turki, Arab (bahasa al-Qur`an) dan Parsi (bahasa pahlevi dan rakyat
Iran). Namun belajar bahasa adalah sebuah perkara, sedangkan menguasai
bahasa sampai batas mampu berbicara dengan bahasa suatu bangsa adalah
perkara lain. Di mana perkara yang pertama tidak membutuhkan masa yang
lama sedangkan perkara yang kedua lebih jauh lama lagi. Aku belajar
bahasa dengan sedetailnya sehingga orang lain tidak menyangka asalku.
Tetapi aku tidak khawatir dengan masalah itu, sebab kaum muslimin
mempunyai jiwa toleransi, lapang dada dan baik sangka, sebagaimana yang
diajarkan oleh Nabi mereka. Jadi keraguan mereka tidaklah sama dengan
keraguan yang ada pada kami. Di sisi lain, pemerintahan Turki belum
sampai pada tahap yang berkemampuan untuk mengungkap mata-mata dan
pekerja kami. Dan yang menyenangkan kami bahwa Turki adalah pemerintahan
yang pasif dan tak serius.
Setelah perjalananku itu, kini aku sampai di Astana. Di sana aku
punya nama Muhammad, dan aku harus pergi masjid (tempat ibadah kaum
muslimin). Aku harus disiplin, rapi, bersih dan menjadi hamba yang taat
sebagaimana yang mereka lakukan. Terlintas dalam benakku: “Mengapa kami
memerangi mereka sebagai umat manusia? Mengapa kami berbuat
mencerai-beraikan mereka dan mengambil apa yang mereka miliki? Inikah
yang diajarkan al-Masih?”. Aku cepat-cepat kuasai diriku dan menghindar
pikiran setan ini. Ku tuang minuman ke dalam gelas dan kuminum.
Di sana aku bertemu dengan seorang syeikh yang alim namanya, Ahmad
Afandam. Dia orang baik, penyabar, tulus dan cinta kebaikan. Aku tidak
menemukan orang baik sepertinya pada para pendeta kami. Dia selalu
berusaha siang malamnya mencontoh dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad.
Dan dia selalu menjadikan Nabinya sebagai figur yang luhur. Setiap
disebut nama Nabinya maka tergenang air matanya. Mujur nasibku karena ia
tidak pernah -sepatahpun- menanyakan di mana aku berasal dan apa
bangsaku. Dia memanggilku dengan nama ‘Muhammad Afandi’. Dia selalu
mengajariku, bila aku bertanya dia menjawab. Dia selalu menyambutku dan
besar perhatiannya terhadapku, karena menyadari bahwa aku adalah tamu di
negrinya. Aki datang untuk bekerja dan sebagai orang yang patuh di
bawah naungan pemerintah, sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad (ini
yang aku jadikan alasan di Astana).
Pernah aku mengutarakan kepada Syeikh, “Aku seorang pemuda, ayah dan
ibuku telah meninggal dan aku tak punya saudara. Mereka meninggalkan
warisan kepadaku. Kemudian aku berfikir, aku bekerja dan belajar
al-Qur`an dan sunnah. Maka aku mendatangi pusat Islam untuk memperoleh
ilmu agama dan dunia”. Syeikh sangat gembira dan mendukung niatku itu.
Lalu ia mengatakan kepadaku -dan aku mencatat kata-katanya-, “Wajib atas
kami disebabkan beberapa hal:
1-Karena anda seorang muslim, dan antara muslimin adalah saudara.
2-Karena anda seorang tamu, dan Rasulullah saw bersabda, “Muliakanlah tamumu”.
3-Karena anda seorang penuntut ilmu dan Islam, dan memuliakan penuntut ilmu itu ditekankan.
4-Karena anda bermaksud bekerja, dan dalam hadis disebutkan bahwa “Orang yang bekerja adalah kekasih Allah”.
Sungguh aku takjub dengan keterangannya ini, dan aku katakan pada
diriku, “andai saja orang-orang nasrani mempunyai jiwa mulia seperti
ini”. Tetapi aku juga heran, bagaimana Islam yang begitu tinggi ini
mengalami kelemahan dan terbelakang. Keadaan ini tentunya di tangan
ulama yang su`, ulama yang bodoh akan kehidupan.
Kukatakan pada syeikh, “Aku ingin belajar al-Qur`an!”. Maka ia menyambutku dan mengajariku surat Hamdalah
dan menafsirkan makna-maknanya. Aku mengalami kesulitan dalam
melafazkan sebagian bacaannya dan terkadang saking sulitnya tak mampu
kuatasi. Aku teringat, bacaan yang selalu kuulangi sampai berpuluh-puluh
kali dalam seminggu ialah bacaan “wa ‘alâ imamim mimmam ma’ak”, tapi tetap aku tak bisa melafazkannya dengan benar. Dan syeikh mengatakan padaku, “Anda harus menguasai idghâm meskipun ada rentetan delapan huruf mim”.
Aku membaca al-Qur`an mulai dari awal surat sampai khatam di hadapannya
dalam masa dua tahun penuh. Dan ketika ia hendak mengajariku cara wudu,
ia menyuruhku berwudu mengikuti ia berwudu, kemudian kami duduk
menghadap kiblat.
Perlu aku sebutkan bahwa wudu menurut kaum muslimin, ialah membasuh
dan mengusap. Cara mereka pertama, membasuh muka. Kedua, membasuh tangan
yang kanan sampai sikut. Ketiga, membasuh tangan yang kiri sampai
sikut. Keempat, mengusap kepala, telinga dan leher. Dan kelima, membasuh
dua kaki.
Mereka mengatakan dianjurkan sebelum wudu, berkumur dan menghirup air ke dalam hidung.
Dan aku sangat meragukan adanya anjuran miswâk, ialah sebuah amalan (kayu siwâk)
yang mereka masukkan ke dalam mulut mereka untuk membersihkan gigi
wudu. Dan aku yakin bahwa amalan ini merusak gigi dan mulut. Terkadang
amalan ini melukai mulut dan mengeluarkan darah. Tetapi aku harus
melakukannya, sebab menurut mereka adalah sunnah muakkadah dari Nabi
mereka (Muhammad), dan mereka menyebutkan banyak manfaat dan keutamaan
dari amalan ini.
Hari-hariku di Astana pada waktu itu, aku tidur di kamar penjaga
masjid dan aku beri ia uang. Ia adalah orang yang berwatak fanatik,
namanya Marwan Afandi, nama yang diambil dari salah satu nama sahabat
Nabi Muhammad. Pembantu masjid itu bangga punya nama yang berkah itu. Ia
pernah mengatakan padaku, “kalau anda punya anak laki namailah Marwan,
sebab Marwan adalah seorang sahabat besar yang berjuang untuk Islam”.
Aku tinggal bersamanya, di mana ia selalu menyediakan untukku
makanan. Dan tiap pada hari jum’at (hari besar kaum muslimin) aku libur
bekerja. Adapun pada hari-hari biasa aku pergi bekerja sebagai tukang
kayu. Gajiku kecil dan aku terima mingguan darinya. Dan bila aku bekerja
di waktu pagi saja maka aku dapatkan separuh gaji. Juragan kayu itu
bernama Khalid. Di waktu senggangnya ia banyak bicara tentang keutamaan
Khalid bin Walid, sang pembuka Islam yang bersahabat dengan Nabi
Muhammad dan mendapatkan nasib yang baik. Tetapi ia memisahkan diri
ketika Umar bin Khathab menjabat khalifah.
Sedangkan Khalid si juragan kayu itu buruk perangainya dan sangat
fanatik. Dan dia sangat percaya padaku, aku tak kenapa. Mungkin dia
percaya lantaran aku penurut dan mendengarkan kata-katanya. Aku tak
pernah aku membantahnya jika ia bicara soal agama atau bicara soal
tokonya. Dan ketika ia berdua denganku (untuk memenuhi nafsu bejatnya),
ia memintaku melakukan liwath denganku dan perbuatan ini
menurut Islam adalah sangat terlarang dan haram hukumnya –seperti yang
telah diterangkan oleh syeikh. Dan Khalid adalah seorang muslim yang
baik di luar dan buruk di dalam. Ia bergaul dan hadir salat Jum’at, tapi
apakah dalam seharinya ia salat lima waktu atau tidak, aku tidak tahu!.
Aku tolak permintaannya, dan aku kira ia telah melakukan perbuatan keji
ini dengan sebagian buruhnya. Melihat salah satu pekerjanya, seorang
anak muda yang tampan wajahnya. Slanik namanya. Seorang Yahudi yang
kemudian masuk Islam. Terkadang aku melihatnya bersama Khalid di
belakang tokonya dalam gudang kayu. Mereka berdua menampakkan
(pura-pura) menata kayu di gudang, tapi aku tahu yang sebenarnya bahwa
mereka di belakang untuk memenuhi syahwat.
|
Saya Sultan Abdul Aziz Bin Abdul Rahman Al Saud al-Faisal dan saya mengakui dan mengakui seribu kali untuk Sir Percy Cox, utusan Inggris, bahwa saya tidak keberatan untuk memberikan Palestina kepada Yahudi miskin atau bahkan untuk non-Yahudi , dan saya tidak akan pernah melanggar perintah mereka. |
Aku makan siang di toko, setelah itu aku pergi ke masjid untuk salat
Dhuhur dan aku tidak keluar dari masjid sampai waktu Ashar. Usai salat
Ashar aku pergi ke rumah Syeikh Ahmad untuk belajar al-Qur`an, ebelajar
bahasa Turki dan bahasa Arab selama dua jam. Dan setiap hari Jum’at aku
sedekahkan sebagian uang yang aku peroleh dari gaji mingguan. Pada
hakikatnya sedekah yang aku bayar hanyalah sogokanku supaya hubunganku
dengannya terus berlangsung dan langgeng. Dan supaya dia mengajariku
pelajaran yang terpenting. Dia tidak hanya mengajariku al-Qur`an,
prinsip-prinsip Islam dan bahasa Turki dan Arab saja (tetapi juga
pelajaran-pelajaran yang lain).
Ketika Syeikh Ahmad tahu bahwa aku seorang bujangan, ia memintaku
agar aku menikahi salah satu putrinya. Tetapi aku menolaknya dengan
alasan bahwa aku lemah syahwat, tidak mempunyai kemampuan yang
semestinya dimiliki seorang lelaki. Sebelum aku ungkapkan adanya uzur
(kelainan), hubungan baikku dengannya nyaris terputus sampai-sampai ia
mengatakan bahwa menikah itu sunnah Rasul. Dan beliau bersabda, “Barang
siapa yang membenci sunnahku maka ia bukan dari golonganku”. Saat itu
aku terpaksa berterus terang (padahal bohong) punya penyakit tersebut.
Maka Syeikh mengangguk dan selamatlah hubunganku dengannya seperti
biasanya, dengan kecintaan dan ketulusan.
Setelah dua tahun lamanya aku tinggal di Astana, aku pamit kepada
Syeikh untuk pulang ke tanah air. Tetapi ia menghalangiku sambil
berkata, “Kenapa pulang? Di Astana ini sungguh menyenangkan di hati dan
mempesona di mata, dan Allah menggabungkan dunia dan agama di sini.
Bukankah kamu pernah bilang bahwa ayah dan ibumu telah mati dan kamu
tidak punya saudara kandung? Karena itu jadikanlah Astanah ini tempat
hidupmu”. Syeikh menyatakan bahwa ia senang sekali bila aku tinggal, dan
aku juga merasakan demikian. Tetapi negriku memaksa untuk (pertama)
aku kembali ke London untuk memberikan laporan tentang ihwal
wilayah-wilayah di ibu kota pemerintahan ini. Kedua utnuk mengambil
perintah-perintah penting yang selanjutnya.
Selama aku di Astana, misiku berjalan dengan baik. Setiap bulan aku
kirim laporan ke kementrian negara-negara jajahan, tentang keadaanku dan
perkembangan-perkembangan serta apa saja yang aku telah saksikan. Aku
selipkan dalam catatan laporanku berita tentang juragan kayu yang
memintaku melakukan liwath. Kemudian dijawab dengan nada
protes, “Kenapa itu ditolak, jika perbuatan itu mengantarkan pada
tujuan, maka no problem!”. Membaca jawaban ini, aku termenung dan
berfikir, “Mengapa tokoh-tokoh kami tidak malu dengan perbuatan keji dan
hina ini?”. Aku hanya bisa diam tanpa kata-kata dan tidak beranjak dari
jamuan makan.
Di waktu aku berpisah dengan Syeikh, air matanya berlinang dan
memelukku sambil berkata, “Allah bersamamu wahai anakku! Bila kau
kembali ke negri ini dan aku telah mati maka ingatlah aku, kelak kita
akan bertemu dengan Rasulullah saw di padang Mahsyar”. Ia benar-benar
mengharukan dan menyentuh hatiku, sampai aku menangis, ah..ini perasaan
yang berlebihan.
Bag (3)
|
Ibn Saud, Mr. Piercy Cox & Mr. Bell |
Sembilan personel yang ditugasi begitu pula aku, harus kembali ke
London untuk memberikan laporan kepada kementrian tentang apa saja yang
mereka peroleh, namun buruknya yang kembali hanya enam orang.
Sedangkan empat yang tidak kembali, seorang dari mereka telah menjadi
muslim dan tinggal di Mesir. Tetapi sekretaris nampak senang di
wajahnya, karena ia tidak membuka rahasia negara. Yang satunya lagi
kabur ke Rusia, karena ia berasal dari Rusia. Dan sekretaris sakit hati
sekali dengannya, bukan karena ia kembali tanah airnya tetapi sekrtaris
menduga bahwa ia seorang mata-mata Rusia yang ditugasi oleh kementrian
di sana. Dan ketika urusan dan kepentingannya selesai ia kembali ke
negaranya.
Yang ketiga mati di ‘Imarah sebuah negri sebelah Baghdad. Sekretaris
memberitahu kami bahwa ia mati disebabkan penyakit menular yang
mematikan. Adapun yang keempat, tidak diketahui jejaknya ketika
kementrian menghubunginya ke San’a` di Yaman (sebuah negri arab).
Sebelumnya ia selalu kontak dengan kementrian dalam waktu setahun, tapi
setelah itu hubungan terputus. Setiap kementrian berusaha melacaknya
tapi tidak menghasilkan apa-apa tentangnya.
Pihak kementrian rugi besar dan duka berat atas kehilangan empat dari
sepuluh personilnya, di mana menurut perhitungan kami tiap personelnya
sangat berarti dan bernilai tinggi. Karena kami ini adalah bangsa yang
sedikit jumlahnya, namun besar ambisinya. Kehilangan empat personel kami
sangat menyedihkan hati kami.
Setelah sekrtaris mendengarkan laporan-laporanku, ia kemudian
menugasi kami (kami berenam) untuk membacakan laporan-laporan kami di
sebuah pertemuan, di hadapan para pejabat tinggi dari kementrian yang
dipimpin perdana mentri sendiri. Kawan-kawanku telah menyampaikan
laporan-laporan penting mereka sesuai apa yang menjadi tugas mereka.
Begitu pula aku dengan laporanku yang dicatat oleh dewan juri.
Perdana mentri, sekrtaris dan sebagian yang hadir memujiku atas
kerjaku, tetapi dua kawanku lebih hebat dariku. Mereka adalah George
Blacud yang menjadi terbaik pertama dan Henry Fans yang menjadi terbaik
kedua, sedangkan aku terbaik yang ketiga.
Aku telah benar-benar berhasil bisa menguasai bahasa Turki, bahasa
arab, al-Quran dan syariat. Tapi belum berhasil dalam memberikan laporan
kepada kementrian tentang sisi-sisi kelemahan pemerintahan Usmaniah.
Usai pertemuan yang memakan enam jam, aku tunjukkan kepada sekretaris
sebuah poin yang bisa melemahkan dengan mengatakan, “Target sementaraku
ialah mempelajari bahasa, hukum Islam dan al-Qur`an. Karena itu sulit
sekali bagiku meluangkan waktu untuk mengerjakan apa yang harus kerjakan
selain ini, dan aku pastikan pada tugas mendatang -jika aku masih
dipercaya- akan kuserahkan amanat yang anda berikan”
Sekretaris berkata, “Aku percaya karena kau berhasil, tapi aku
berharap kau pertahankan keberhasilanmu ini untuk meraih yang lebih
lagi.
“Sesungguhnya tugas pentingmu Mr Hamper..! untuk perjalanan mendatang, ada dua:
1-Menemukan titik kelemahan kaum muslimin. Kita harus mampu menyusup
ke dalam tubuh mereka dan mencerai beraikan akar-akar mereka. Inilah
letak kemenangan kita yang mendasar atas musuh-musuh kita.
2-Kau harus berterus terang kepada kami jika tidak mampu menemukan
‘titik kelemahan’, tapi jika kau merasa mampu menjalankannya
mudah-mudahan kau akan menjadi yang terbaik dari yang terbaik, dan kau
layak mendapatkan bintang jasa dari kementrian.
Aku tinggal di London selama enam bulan dan aku menikah dengan putri
pamanku (Mary Shway). Ia lebih tua setahun dariku, saat itu umurku 22
tahun sedangkan ia berumur 23 tahun. Ia gadis biasa yang cerdas dan
sangat cantik. Aku bahagia hidup dengannya dan dalam waktu enam bulan
itu ia mengandung. Dengan penuh sabar aku menanti kelahiran buah hati,
tiba-tiba aku diberi tugas dari kementrian supaya aku brangkt ke Iqlim
(Iraq) negri arab yang dijajah sejak dari masa lampau.
Sungguh ini hal yang tidak menyenangkan bersamaan menunggu kelahiran
anakku. Namun negaraku kepentingan negaraku dan cintaku kepada
kawan-kawan melebihi perasaan cintaku kepada istri dan anakku. Karena
itu aku terima tugas meskipun istriku memohon agar ditunda sampai anak
lahir. Dan ketika perpisahanku dengannya kami menangis tersedu-sedu. Dan
istriku berkata, “Sempatkan kirim surat tentang keadaanmu di sana, dan
akan kukabarkan bila buah hati lahir dan tentang keadaanku di sini”.
Kata-katanya begitu mengharukan sampai-sampai aku berniat batal
berangkat, tetapi aku kuasai diriku dari perasaan ini. Aku memeluknya,
dan berangkat ke kementrian untuk mengambil pesan-pesan penting.
Enam bulan aku di Bashrah (Iraq), negri ‘Asya’iri yang
penduduknya bermazhab sunni dan syi’ah, dua mazhab besar Islam. Dan
sedikit sekali dari mereka yang beragama Nasrani. Mereka terdiri dari
dua bangsa, Arab dan Persia.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku mendapatkan mazhab Syi’ah dan
bangsa Persia. Syi’ah adalah sebuah mazhab yang dinisbatkan kepada Ali
bin Abu Thalib, sepupu Nabi Islam sekaligus menantu Nabi Islam atas
putrinya Fatimah. Syiu’ah meyakini bahwa Nabi mereka Muhammad telah
memilih Ali sebagai khalifah setelahnya, dan menyatakan bahwa Ali dan
anak keturunannya yang sebelas adalah khalifah secara berurutan.
Aku menduga bahwa kebenaran bersama Syi’ah (pengikut khalifah Ali,
Hasan dan Husein). Sebab yang tetap dalam sejarah -menurut pengamatanku-
Ali mempunyai sifat yang istimewa dan jiwa yang luhur yang layak
menduduki kepemimpinan. Dan mendekati kebenarannya bahwa Nabi Muhammad
pernah berkata bahwa Hasan dan Husein adalah dua imam. Ini pula tidak
dipungkiri oleh Ahlus sunnah, tetapi pada saat yang sama aku ragu, bahwa
anak keturunan Husein yang sembilan juga telah dipilih oleh Rasul
sebagai khulafâ-nya. Bagaimana Rasul bisa tahu masa mendatang? Sedangkan
ia mati pada saat Husein masih kecil. Bagaimana ia bisa tahu bahwa
Husein akan mempunyai anak keturunan yang mana secara silsilah mereka
sampai sembilan?. Kalau memang Muhammad adalah seorang Rasul yang haq,
maka ia mengetahui semua itu dari petunjuk Allah. Sebagaimana al-Masih
memberi kabar masa datang. Tetapi menurut kami sebagai kaum Nasrani,
meragukan akan kenabian Muhammad.
Kaum muslimin mengatakan bahwa al-Qur`an adalah dalil kenabian
Muhammad, tetapi yang aku baca tiada satupun dalilnya dalam al-Qur`an.
Memang tidak diragukan bahwa al-Qur`an adalah kitab luhur, bahkan
kedudukannya lebih luhur dari kitab Taurat dan Injil. Di dalam al-Qur`an
terdapat undang-undang, peraturan dan ajaran akhlak dan lain-lain.
Tetapi apakah ini sudah cukup merupakan dalil bagi kebenaran Muhammad?.
Sesungguhnya aku bingung tentang pribadi Muhammad, bingung sekali. Ia
seorang laki badui, tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis,
bagaimana ia bisa datang dengan membawa kitab yang suci ini. Ia adalah
pribadi yang memiliki akhlak dan kecerdasan yang tiada seorang arabpun
yang berpendidikan di masanya seperti dirinya. Lalu di satu sisi
mungkinkah seorang arab badui yang tidak membaca dan menulis ini membawa
kitab yang tinggi itu? Dan di sisi lain apakah ini cukup menjadi bukti
bahwa ia seorang nabi?
Aku selalu mencari dan membaca untuk memecahkan hakikat ini. Pernah
aku lontarkan masalah ini kepada seorang pendeta di London, tetapi
jawaban yang diberikannya tidak memuaskan dan ia menjawab dengan
kefanatikan dan keras kepala. Sama halnya dengan pribadi Syeikh Ahmad
ketika aku tanyakan masalah ini, dan jawabannya masih mengambang. Tapi
dengan jujur aku katakan, bila aku bicara terus terang dengan Syeikh,
aku khawatir akan terbongkar rahasia diriku atau akan meragukan diriku.
Alhasil aku menilai bahwa Muhammad orang besar, dan tidak diragukan
ia adalah semacam nabi Allah yang diberitakan oleh Para nabi sebelumnya
-sebagaimana yang aku baca- di dalam kitab-kitab. Hanya saja sampai
sekarang aku masih belum puas dengan kenabiaannya. Andai kata ia bukan
seorang nabi, tidak mungkin orang yang mendengarkan nuraninya meyakini
bahwa ia seperti orang-orang yang dikagumi dan mencengangkan, bahkan
tidak diragukan ia di atas mereka dan di atas orang-orang yang cerdas
(jenius).
Adapun Ahlus sunnah meyakini bahwa setelah wafatnya, Abu Bakar
kemudian Umar lalu Ustman lebih layak menjadi khlaifah (pengganti)nya
dari Ali. Karena itu mereka melanggar perintah Rasul (Muhammad) dan
memilih khulafa yang tiga (lalu Ali).
Perselisihan ini ada di setiap agama tak terkecuali agama Masehi
(Kristen) dengan pandangan yang khusus. Tetapi aku tidak mengerti apa
yang terbaik dari adanya perselisihan ini, Ali dan Umar telah mati dan
kaum muslimin -jika mereka berfikir- seharusnya mereka memikirkan hari
sekarang bukan hari yang telah lampau dan jauh.
Pada suatu kesempatan pernah aku sampaikan kepada pejabat-pejabat di
kementrian tentang adanya perselisihan Ahlus sunnah dan Syi’ah. Aku
katakan kepada mereka, “Jika mereka memahami kehidupan maka mereka
tinggalkan perselisihan dan bersatu dalam satu kalimah!”.
Tiba-tiba Bapak kepala membentakku, “Yang harus anda lakukan, ialah
berusaha memperuncing perselisihan ini bukan berusaha mempersatukan
muslimin!”.
Tentang perselisihan ini, di suatu pertemuan sebelum kepergianku ke
Iraq, aku hadir bersama sekretaris dan ia mengatakan kepadaku,
“Ketahuilah wahai Mr Hamper! Bahwa perselisihan adalah fenomena yang
alami antara umat manusia sejak Tuhan menciptakan Habil dan Qabil, dan
perselisihan ini akan terus terjadi sampai al-Masih kembali (ke dunia
ini):
1-Adanya perbedaan warna kulit.
2-Adanya bermacam-macam suku.
3-Adanya bermacam-macam negeri.
4-Adanya bermacam-macam kaum.
5-Adanya perbedaan agama.
Maka tugas penting di perjalananmu nanti yang harus kamu kuasai ialah
tentang perselisihan dan perbedaan antara kaum muslimin dan titik rawan
yang menimbulkan gejolak dari perselisihan tersebut. Kementrian akan
memberimu arahan dan maklumat secara rinci tentang masalah ini, dan jika
kamu mampu memancarkan api perselisihan ini maka kamu berada di puncak
pengabdian bagi Britania Raya.
Kita sebagai bangsa Britania tidak akan hidup dalam kebahagiaan dan
kesenangan melainkan menebarkan isu-isu fitnah dan perpecahan di seluruh
negara-negara jajahan. Sebagaimana kita tidak akan mampu menjatuhkan
raja Ustmani kecuali dengan memfitnah antara pejabat-pejabatnya. Atau
bagaimana sekiranya bangsa yang kecil ini dapat menguasai bangsa-bangsa
yang besar? Karena itu berjuanglah sekuat tenaga untuk menemukan peluang
dan kau gunakan peluang itu, tetapi kau harus mengetahui
kelemahan-kelemahan kerajaan Turki dan kerajaan Persia. Yang harus kau
lakukan ialah mempengaruhi rakyat agar menentang pemerintah mereka.
Sebagaimana orang-orang pergerakan di sepanjang sejarah yang menentang
para pemerintah. Jika berpecah kalimah mereka dan bercerai berai
kekuatan mereka, maka kekuasaan mereka dengan mudah dalam genggaman
kita.
Bag 4
Ketika aku sampai di Bashrah, untuk mencari tempat tinggal aku pergi
ke salah satu masjid. Di masjid itu ada seorang alim sunni, arab tulen
namanya Syeikh Umar ath-Thâ`i. Aku perkenalkan diriku dan beramah-tamah
dengannya. Tetapi sejak pandangan pertama, orang laki ini sudah curiga
kepadaku. Ia bertanya di mana aku berasal, soal nasab dan keluargaku. Ia
juga menyelidiki hal-ihwalku. Mungkin karena warna kulit dan logat
bicaraku yang membuat dirinya ragu. Tetapi aku berusaha meyakinkan
dirinya bahwa aku dari keturunan Aghdir di Turki, aku murid Syeikh Ahmad
di Astana, aku pernah bekerja sebagai tukang kayu di juragan Khalid dan
seterusnya…Apa saja yang aku ketahui dan alami selama aku di Turki dan
aku sempat bicara beberapa dengan bahasa Turki. Dan berhati-hati ketika
Syeikh memberi isyarat kepada salah satu hadirin, bahwa aku bicara
bahasa Turki atau tidak!? Orang yang mencoba mengetesku, mengisyaratkan
kepadanya dengan jawaban positif. Aku senang sekali bahwa aku berhasil
meyakinkan Syeikh. Tetapi dugaku, kepercayaannya terhadapku hanya
siasatnya saja. Aku yakin hal ini ketika setelah beberapa hari,
diam-diam ia memandangku curiga. Dan menduga bahwa aku seorang mata-mata
Turki. Aku mengetahui kecurigaannya setelah jelas bahwa Syeikh adalah
seorang penentang Wali kota yang dipilih pemerintah. Antara keduanya
saling tuding dan berburuk sangka.
Alhasil mau tidak mau, aku harus hengkang dari masjid milik Syeikh
Umar pindah ke Khan. Tempat penginapan para turis dan musafir. Di sana
aku sewa kamar. Dan pemilik penginapan, adalah seorang pandir yang
setiap pagi rajin mengganggu istirahatku. Awal waktu subuh dia sudah
mendatangi kamar dan menggedor pintu dengan keras, untuk membangunkanku
salat subuh. Dan aku harus menuruti cara doktrinnya dan aku bangun
untuk salat subuh, kemudian ia menyuruhku membaca al-Qur`an sampai
matahari terbit. Ketrika aku katakan bahwa membaca al-Qur`an itu tidak
wajib (sunnah), “lalu kenapa memaksaku sedemikian rupa?”.
“Tidur di waktu pagi akan menyebabkan kemiskinan dan malapetaka bagi
penginapan dan penghuninya” jawabnya. Maka mau tidak mau aku menuruti
kata-katanya, salat di awal waktu dan kemudian membaca al-Qur`an selama
satu jam lebih pada setiap hari. Karena kalau tidak, ia akan mengusirku.
Musykilah tidak berhenti sampai di situ, ketika suatu hari pemilik
lain penginapan itu yang bernama Mursyid Afandam menemuiku, mengatakan
padaku, “Sejak anda menginap di sini, banyak problem yang aku hadapi dan
aku pikiranku hanya tertuju padamu, dan aku pikir kaulah sebabnya.
Sebab kau seorang bujang sedangkan bujangan itu membawa sial. Maka
pilihlah salah satu dari dua hal ini: kau menikah atau tinggalkan
penginapan ini!”.
Aku jawab, “Aku tidak punya harta untuk persiapan menikah (aku takut
jika mengatakan bahwa aku tidak punya sesuatu yang semestinya dimiliki
kaum lelaki umumnya, lalu ia mencoba melihat auratku apakah benar apa
yang aku katakan?). Jika aku beralasan dengan uzur ini, maka ia pasti
ingin tahu kebenarannya.
Afandam berkata kepadaku, “Wahai yang imannya lemah, bukankah anda membaca firman Allah, “Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunianya”.
Aku sangat bingung dan bimbang dengan perkara ini, apa yang harus
kuperbuat? Dengan alasan apa harus kujawab? Akhirnya aku katakan
kepadanya, “Baiklah, lalu bagaimana aku menikah tanpa harta? Apakah anda
bersedia membantuku dengan harta yang cukup atau anda temukan untukku
seorang perempuan yang kunikai tanpa mahar?”.
Dia berfikir sejenak kemudian mengangkat kepalanya sambil berkata,
“Aku tidak mengerti ucapanmu! Begini saja aku beri waktu sampai awal
bulan Rajab, jika anda tidak menikah juga maka anda harus pergi dari
penginapan ini”.
Sementara memasuki awal bulan Rajab masih ada dua puluh lima hari lagi, dan waktu itu tanggal lima bulan Jumadil tsani.
Berkenaan dengan nama-nama bulan Islam, secara berurutan pertama
dimulai bulan: Muharram, lalu Shafar, Rabi’ul awal, Rabi’ul tsani,
Jumadil awal, Jumadil tsani, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal,
Dzulqa’dah dan Dzulhijjah. Menurut perhitungan Hilal, yang masyhur tidak lebih dari tiga puluh hari dan tidak kurang dari dua puluh sembilan.
Akhirnya aku pecahkan masalah Afandam, ketika aku telah temukan
sebuah tempat milik seorang tukang kayu. Aku melamar pekerjaan kepadanya
dan ia menerimaku bekerja dengan gaji kecil, dan aku makan dan tinggal
di tempatnya. Akhirnya sebelum akhir bulan (Jumadil tsani) aku sudah
keluar dari penginapan Afandam, dan pindah ke toko kayu milik Abdur
Ridha, juragan kayu yang berbangsa Parsi dari desa Khurasan. Ia seorang
syi’i, pintar dan terhormat. Ia perlakukan aku seperti anaknya sendiri.
Dan tidak aku sia-siakan keberadaan diriku bersamanya untuk belajar
bahasa Parsi. Setiap waktu Ashar di rumahnya, orang-orang syiah
berbangsa ‘ajam berkumpul, berbincang-bincang dari soal politik
sampai masalah ekonomi. Mereka sangat menentang pemerintah mereka
sebagaimana mereka juga menentang Khalifah di Astana. Namun jika muncul
perdebatan yang tidak mereka ketahui, mereka berhenti dan mengalihkan ke
pembicaraan masalah-masalah pribadi mereka.
Aku sendiri tidak mengerti, mengapa mereka percaya kepadaku. Akhirnya
aku tahu bahwa mereka menyangka aku berasal dari Azerbaijan, mendengar
bahwa aku bicara dengan bahasa Turki. Ditambah warna kulitku yang putih
seperti kulit bangsa Azerbaijan.
Keadaan yang demikian itu, aku berkenalan dengan seorang anak muda
yang sering datang ke toko, namanya Muhammad bin Abdul Wahab. Ia
mengerti tiga bahasa: Turki, Parsi dan Arab. Ia pernah belajar ilmu
agama, seorang pemuda yang angkuh dan keras kepala. Ia anti pemerintah
Usmaniah, adapun pemerintah Parsi ia tidak berkomentar. Adapun sebab ia
bersahabat dengan pemilik toko, bahwa mereka sama-sama anti Khalifah.
Aku tidak tahu, dari mana ia bisa berbahasa Parsi padahal ia seorang
sunni sedangkan Abdur Ridha adalah seorang syi’i? Di Bashrah adalah hal
biasa jika orang sunni bergaul dengan orang syi’ah, mereka seperti
saudara. Dan mayoritas penduduk setempat (Bashrah) mengerti bahasa Parsi
dan (sudah tentu) Arab. Dan tidak sedikit mereka mengerti bahasa Turki.
Muhammad Abdul Wahab seorang pemuda yang berfikir bebas, tidak
fanatik terhadap syi’ah -tidak seperti kaum sunni umumnya yang fanatik
dan anti syi’ah. Hingga sampai pada batas, tokoh-tokoh mereka
mengkafirkan orang-orang syi’ah dan mengatakan mereka bukan kaum
muslimin- sebagaimana ia tidak pernah melihat sebuah perbandingan untuk
mengikuti empat mazhab yang berlaku di antara Ahlus sunnah. Dan ia
mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan empat mazhab melalui
seorang penguasa”.
Adapun riwayat empat mazhab, ialah bahwa muncul sebuah jalan dari
kaum muslimin sesudah lebih dari satu abad setelah nabi mereka wafat,
dengan lahirnya dari mereka empat ulama. Mereka adalah Abu Hanifah,
Ahmad bin Hambal, Malik dan Muhammad bin Idris. Sebagian khulafa
mewajibkan agar kaum muslimin bertaqlid (mengikuti) salah seorang dari
empat imam ini. Dan bahwa tiada seorang alim yang berijtihad di dalam
al-Qur`an dan sunnah, dan pandangan ini pada hakikatnya menutup pintu
pemahaman mereka dan bahwa pengharaman ijtihad akan menjumudkan kaum
muslimin. Adapun kaum Syi’ah menggunakan peluang itu dengan
mengembangkan mazhab (pemikiran) mereka seluas mungkin. Sehingga setelah
jumlah kaum syi’ah tidak mencapai angka sepuluh dari jumlah Ahlus
sunnah, kini jumlah mereka lebih banyak dan menyamai jumlah mereka. Dan
hal yang alami bahwa ijtihad merupakan perkembangan Islam di bidang
fikih dan memperluas pemahaman al-Qur`an dan sunnah sesuai kebutuhan
zaman seperti senjata yang canggih. Dan sebaliknya pembatasan mazhab
dalam metode yang khusus, dan menutup pintu pemahaman dan pendengaran
dari seruan kebutuhan-kebutuhan zaman, maka itu ibarat senjata yang
lemah. Seumpama anda punya senjata yang lemah sedangkan musuh anda
bersenjatakan canggih, maka -cepat atau lambat- anda pasti berusaha
mengalahkan musuh anda! (Perkiraanku, akan datang dengan dekat di suatu
masa, orang-orang Ahlus sunnah yang berakal membuka pintu ijtihad. Jika
tidak, maka aku kabarkan kepada Ahlus sunnah bahwa mereka akan berlalu
pada masa kurun waktu dengan jumlah yang semakin sedikit dan Syi’ah akan
menjadi jumlah yang besar!).
Muhammad bin Abdul Wahab, si pemuda angkuh ini mengikuti apa yang ia
pahami dalam al-Qur`an dan sunnah, dan membandingkan dengan pandangan masyâikh
(ulama)nya. Ia tidak mengikuti pandangan ulama zamannya dan tidak pula
mazhab yang empat. Bahkan ia menolak pandangan Abu Bakar dan Umar, jika
apa yang ia pahami dari al-Qur`an berbeda dengan apa yang mereka pahami.
Ia mengatakan, “Bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Aku tinggalkan
kepada kalian al-Kitab (al-Qur`an) dan Sunnah, dan beliau tidak bersabda
aku tinggalkan kepada kalian al-Kitab, Sunnah, Sahabat dan
mazhab-mazhab”. Karena yang wajib diikuti adalah al-Qur`an dan Sunnah
meskipun pandangan keduanya berbeda dengan pandangan-pandangan
mazhab-mazhab dan sahabat serta ulama.
Pernah ketika ia (dan kami) bertamu di rumah salah satu ulama Persia
(Abdul Ridha), memenuhi undangan jamuan makan bersama. Kami yang menjadi
para tamunya, ialah Muhammad Abdul Wahab, Syeikh Jawad al-Qummi
(Seorang alim syi’i), dan aku bersama sebagian temannya tuan rumah.
Terjadi perdebatan seru dan serius antara Muhammad dan Syeikh, dan aku
tidak ingat semuanya dari perdebatan itu, yang aku ingat adalah
poin-poinnya.
Syeikh al-Qummi berkata kepadanya, “Jika anda berfikir bebas dan
berijtihad sebagaimana yang anda nyatakan, kenapa anda tidak mengikuti
Ali seperti orang syi’ah?”.
“Karena Ali seperti Umar dan lainnya yang ucapannya bukan hujjah. Sesungguhnya hanya al-Qur`an dan Sunnah lah yang menjadi hujjah” jawab Muhammad.
Syeikh: “Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa “Aku kota ilmu dan
Ali pintunya”? Jika begitu Ali tidak sama dengan sahabat yang lainnya”.
Muhammad: “Jika ucapan Ali itu hujjah, lalu mengapa Rasulullah tidak mengatakan Kitabullah dan Ali bin Abu Thalib?”.
Syeikh: “Bahkan beliau bersabda, “Kitabullah dan ‘Itrah Ahlul Baitku”, sementara Ali adalah kepala ‘Itrah!”.
Muhammad tidak menerima bahwa Rasulullah pernah mengatakan demikian.
Namun Syeikh memberi jawaban yang memuaskan sehingga Muhammad diam dan
tidak menjawab. Tetapi ia membantahnya, “Jika Rasulullah mengatakan
“Kitabullah dan ‘Itrahku” maka di mana sunnahnya?”.
“Sunnah Rasul adalah syarahnya Kitabullah! Ketika beliau mengatakan
“Kitabullah dan ‘Itrahku” yang beliau maksud adalah Kitabullah dengan
syarahnya yaitu Sunnah” jawabnya.
Muhammad: “Kalau begitu, ucapan Itrah juga merupakan syarah bagi
Kitabullah! Lalu apa perlunya dengan mereka (karena sudah ada sunnah)?”.
Syeikh: “Ketika Rasulullah wafat, umat membutuhkan syarah al-Qur`an,
sebuah syarah yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan zaman. Karena itu
Rasulullah mengembalikan umat kepada al-Qur`an sebagaimana asal dan
kepada Itrah seperti Para pensyarah bagi al-Qur`an yang sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan zaman”.
Aku kagum yang tak terhingga dengan pembahasan ini. Melihat Muhammad
seorang pemuda di hadapan seorang Syeikh yang sudah berumur tua, seperti
seekor burung kecil yang tidak berkutik dalam gengaman tangan seorang
pemburu.
Aku menemukan kebingunganku selama ini ada pada dirinya (Muhammad bin
Abdul Wahab), kebebasan, keangkuhan dan kekerasannya terhadap masyâikh
(ulama) zamannya serta kemandirian berfikirnya yang tidak mengikut
pandangan orang lain jika tidak sesuai dengan apa yang ia pahami dari
al-Qur`an dan Sunnah, termasuk khulafa yang empat. Inilah titik
kelemahan yang paling menonjol, yang mana dengan itu aku mampu
menjatuhkan dirinya. Jelas pemuda yang sesat ini tidak dapat
dibandingkan dengan Syeikh Turki, yang mana aku pernah belajar dengannya
sewaktu aku di Turki. Syeikh adalah figur salaf yang kokoh seperti
gunung. Jika Syeikh (ia pengikut mazhab Hanafi) hendak menyebut nama Abu
Hanifah, ia akan bangkit dan berwudu kemudian menyebut nama Abu
Hanifah. Jika ia ingin mengambil kitab al-Bukhari (kitab besar yang amat
disucikan oleh Ahlus sunnah), ia mengambil wudu terlebih dahulu.
Adapun Muhammad bin Abdul Wahab sangat mencela Abu Hanifah, dan ia
pernah berkata, “Aku lebih paham dari Abu Hanifah”. Dan juga pernah
berkata, “Sesungguhnya separuh kita al-Bukhari adalah batil”.
Aku telah menjalin hubungan sangat erat dengannya. Ia selalu aku
besarkan hatinya dan aku katakan kepadanya bahwa dirinya lebih utama
dari Ali dan Umar. Jika Rasulullah hadir kembali ke dunia ini, maka ia
akan memilihmu sebagai khlifahnya. Dan selalu aku katakan padanya,
“Pikirkanlah, bahwa kemajuan Islam ada di tangnmu! Kau adalah penyelamat
satu-satunya yang diharapkan oleh Islam yang sedang jatuh ini).
Aku telah sepakat dengannya bahwa “kita harus mengkritik penafsiran
al-Qur`an berdasarkan jalan pemikiran kita, bukan berdasarkan pandangan
sahabat dan imam mazhab serta ulama. Kita membaca al-Qur`an dan bicara
tentang poin-poin darinya (aku bermaksud menjerumuskannya ke dalam
perangkap). Dan ia menunjukkan sependapat dengan pandanganku dan
menampakkan kepribadiannya yang bebas dan sangat mempercayai aku.
Suatu hari aku berkata kepadanya, “Jihad itu tidak wajib”.
“Bagaimana dengan firman Allah “dan perangilah orang-orang kafir”?”, sergahnya.
Aku berkata, “Perangilah orang-orang kafir dan munafiqin”. Jika jihad
itu wajib, lalu kenapa Rasulullah tidak memerangi kaum munafik?”.
“Rasulullah memerangi mereka dengan lisannya”, katanya.
“Kalau begitu jihad melawan kuffar adalah wajib dengan lisan!” tambahku.
Ia berkata, “Tetapi Rasul berperang dengan Kuffar”.
“Perangnya Rasul adalah difa’ mempertahankan nyawa, ketika
mereka hendak membunuhnya maka beliau melawan mereka” kataku. Akhirnya
Muhammad menganggukkan kepalanya tanda menerima.
Pernah suatu hari aku bilang kepadanya, “Kawin mut’ah itu boleh”.
“Tidak!” sergahnya.
Aku berkata, “Allah berfirman, “Maka istri-istri yang telah kamu
nikmati (mut’ah) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya
(dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban..” (an-Nisa 24)”.
“Tetapi Umar yang mengharamkan mut’ah! Dengan mengatakan, “Dua mut’ah
yang berlaku di masa Rasulullah, dan aku yang mengharamkan keduanya dan
menghukum siapa yang melanggarnya”, katanya.
Aku berkata, “Bukankah kau pernah bilang, “aku (Muhammad bin Abdul
Wahab) lebih tahu dari Umar, lalu kenapa kau ikut Umar?. Dan jika Umar
mengharamkan apa yang dihalalkan Rasul, mengapa kau tinggalkan pandangan
al-Qur`an dan Rasul, dan kau ikuti pandangan Umar?”.
Ia terdiam. Melihat ia diam bertanda puas dengan keteranganku,
nampaknya bergejolak kebutuhan biologisnya (sementara ia belum punya
istri).
Aku bilang padanya, “Bukankah kita (aku dan kau) adalah orang bebas dan mengambil halalnya mut’ah dan kita bersenang-senang?”
Ia mengangguk setuju, dan aku memanfaatkan sikap setujunya itu.
Kemudian aku janjikan untuknya seorang wanita untuk dimut’ah olehnya.
Keinginanku ialah membuyarkan rasa takutnya dari perselisihan antara ia
dengan orang lain umumnya. Akhirnya ia memberi syarat bahwa ini rahasia
antara aku dengannya dan tidak memberitahu namanya kepada perempuan yang
akan dimut’ahinya. Maka aku langsung pergi ke tempat
perempuan-perempuan Nasrani, yang mana mereka adalah antek-antek
kementrian kami untuk merusak pemuda muslim. Aku dapatkan seorang wanita
yang aku panggil dengan nama Shafiyah, dan telah aku ceritakan semuanya
tentang pemuda ini. Dan pada waktu yang dijanjikan aku pergi bersama
Muhammad, ke rumah Shafiyah yang saat itu sedang sendirian. Aku bacakan
akad nikah mut’ah untuk Muhammad dalam waktu seminggu, dengan mahar
sekian gram emas secara tunai. Aku senangkan hatinya dari luar sedangkan
Shafiyah dari dalam.
Setelah Shafiyah mengambil hatinya dan memberikan manisnya
kemaksiatan yang dilakukan Muhammad terhadap syariat di bawah naungan
pemikiran dan kemandirian pandangannya yang bebas. Tiga hari kemudian,
aku berbincang-bincang panjang dengannya soal bahwa minuman khamar itu
tidak haram. Aku perdaya dirinya dengan menyertakan dalil-dalil
al-Qur`an dan hadis, dan pada akhirnya aku bilang padanya, “Dibenarkan
bahwa Mu’awiyah dan Yazid serta khulafa Bani Umayyah dan Bani Abbas,
mereka saling menawarkan khamar. Maka mungkinkah mereka itu berada dalam
kesesatan dan kau sendiri dalam kebenaran? Sesungguhnya tidak syak lagi
bahwa mereka itu lebih memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul, dan
benarkah mereka tidak mengetahui hal yang haram sementara mereka
memahami hal yang makruh dan dibenci? Sedangkan di kitab-kitab Yahudi
dan Nasrani menunjukkan kehalalan khamar, masuk akalkah bila agama yang
satu mengharamkan khamar sedangkan agama yang lain menghalalkannya?
Sementara semua agama berasal dari sisi Tuhan Yang Maha esa! Kemudian
disebutkan dalam riwayat bahwa Umar minum khamar sehingga turun ayat, “Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”
(al-Maidah 91). Bila khamar itu haram maka Rasul akan menghukumnya,
tetapi ia tidak melakukannya maka ini menunjukkan kehalalannya.
Muhammad menyimak keteranganku dengan penuh perhatian, kemudian ia
bangkit sambil mengatakan, “Bahkan dibenarkan dalam riwayat bahwa Umar
mencampur khamar dengan air lalu meminumnya, dan mengatakan jika mabuk,
itu haram. Tetapi jika tidak mabuk maka tidak haram”. Kemudian ia
menambahkan bahwa Umar bvenar dalam masalah ini, sebab al-Qur`an
mengatakan, “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang..”
(al-Maidah 91). Maka jika khamar itu tidak memabukkan maka hal tidak
akan terjadi seperti ayat yang telah aku sebutkan, karena itu khamar
tidak dilarang jika tidak memabukkan.
Shafiyah memberitahu apa yang berlaku, ia berhasil menuangkan khamar
keras kepada pemuda ini dan memberitahuku bahwa ia telah meminumnya
sampai mabuk, berkelakuan kasar dan menyetubuhi dirinya beberapa kali di
malam itu. Dan telah aku lihat badannya lemah dan mengkurus lantaran
malam itu. Demikianlah aku dan Shafiyah mengendalikan dirinya
sepenuhnya.
Sungguh ini menggetarkan diriku tentang pesan penting yang dikatakan
mentri negara-negara jajahan, ketika aku mohon izin berangkat, “Kami
telah berhasil mengembalikan Spanyol dari tangan orang-orang kafir
(maksudnya kaum muslimin) dengan khamar dan kesesatan, maka kita harus
berusaha negara-negara yang menjadi milik kami dengan dua formula itu”.
Pada suatu hari, aku bicara tentang puasa dengan Muhammad, aku katakan, “Sesungguhnya al-Qur`an mengatakan “dan berpuasa lebih baik bagimu..”
(al-Baqarah 184) dan tidak mengatakan berpuasa wajib bagimu, maka puasa
dalam pandangan Islam itu sunnah dan bukan wajib!. Tetapi ia bangkit
dan mengatakan, Hai Muhammad (nama samaran Mr Hamper), Kau ingin
mengeluarkanku dari agamaku!?”.
“Ya Wahab, agama itu kesucian hati, keselamatan jiwa dan tiada
permusuhan dengan yang lain. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, “Agama
itu cinta”? Bukankah al-Qur`an menyebutkan bahwa “Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yakin”
(al-Hijr 99). Jadi jika manusia mendapati keyakinan akan Allah dan Hari
Akhir, maka itulah kebajikan hati dan kebersihan amal, dialah orang
yang paling utama. Tetapi dia menggelengkan kepala tanda menolak dan
tidak senang.
Pernah aku bilang kepadanya, “Salat itu tidak wajib”.
“Kok begitu?” tanyanya.
Aku berkata, “Sebab di dalam al-Qur`an, Allah berfirman, “dan dirikanlah salat untuk mengingatku” (Thaha 14), maka yang dimaksud salat ialah mengingat Allah swt. Jadi ingatlah Allah swt sebagai ganti salat!”.
Wahab berkata, “Ya aku pernah dengar, sebagian ulama mengingat Allah swt di waktu-waktu salat sebagai ganti pekerjaan salat”.
Betapa senangnya diriku mendengar perkataanya itu, maka aku bumbui
pandangannya ini hingga aku perkirakan bahwa aku dapat mengendalikan
jalan pikirannya. Tak lama kemudian aku melihatnya tidak lagi serius
dengan perkara salat, terkadang ia salat dan terkadang tidak. Terutama
di waktu subuh, ia sering meninggalkan salat subuh. Setelah semalam aku
asyik mengobrol panjang dengannya sampai tengah malam lewat, sehingga
mendekati subuh ia kelelahan dan tinggalkan salat.
Begitulah aku tanggalkan pakaian keimanan dari pundak Wahab sedikit
demi sedikit. Pernah suatu kali aku mendebatnya seputar Rasul, tiba-tiba
ia langsung menunjuk wajahku dan melotot, lalu berkata, “Jika kau
bicara lagi soal ini, maka aku tidak mau berteman lagi denganmu”. Aku
khawatir ia akan marah dan benci padaku, karena itu aku menahan diri
untuk bicara soal itu lagi.
Tetapi minimal aku telah memperdaya dirinya bahwa ia berpegang pada
pemikiran yang ketiga, yang bukan Ahlus sunnah juga bukan Syi’ah, dan ia
sangat menerima pemikiran ini dengan sepenuhnya karena dirinya dipenuhi
dengan kesombongan dan kemandiriannya (yang kelewatan).
Ditambah dengan keberadaan Shafiyah yang selalu menemaninya selama
seminggu, juga dengan akad-akad yang diperbaharuinya, sehingga kami
benar-benar mengendalikan dirinya.
Aku bilang pada Wahab, “Banarkah Nabi mempersaudarakan antara sahabatnya?”
“Ya”, jawabnya.
“Apakah hukum-hukum Islam itu bersifat temporal atau permanen?”, tanyaku.
Ia menjawab, “Permanen, sebab Rasulullah pernah bersabda, “Halalnya
Muhammad adalah halal sampai hari kiamat dan haramnya Muhammad adalah
haram sampai hari kiamat”.
“Jika begitu, mari kita mempersaudarakan antara aku dan kau, maka
terjalinlah persaudaraan antara ia dan aku. Setelah itu, aku selalu
bersamanya dan menemaninya ke mana ia pergi. Dan aku bersemangat untuk
memetik buah hasil dari pohon yang telah aku tanam sebelumnya. Buah
hasil yang paling berharga di masa mudaku.
Setiap bulan, aku tulis hasil kerjaku kepada kementrian sebagaimana
itu sudah menjadi tugasku sejak aku pergi dari London. Dan jawaban yang
aku terima cukup memuaskan diriku. Aku dan Wahab berjalan di jalan
(pemikiran)yang telah kami bangun berdua dengan langkah-langkah yang
cepat, dan aku tidak pernah meninggalkannya di manapun ia berada.
Targetku ialah memperkuat jiwanya yang berpikir sangat bebas dan
memperuncing keraguannya. Dan aku selalu mendukungnya dengan suka cita
dan memuji jiwanya yang berapi-api. Dan dirinya yang kritis dan
terkadang aku bersikap lembut padanya dengan mengatakan, “Kemarin malam
aku mimpi melihat Rasulullah, aku melihatnya seperti yang digambarkan
oleh para penceramah di mimbar-mimbar. Ia duduk di atas kursi dan di
sekitarnya sekelompok ulama yang tidak aku kenal seorangpun dari mereka.
Dan aku melihatmu datang dengan wajahmu yang memancarkan sinar, ketika
kamu sampai kepada Rasulullah, beliau berdiri memuliakanmu dan memlukmu,
lalu berkata, “Wahai Muhammad (bin Abdul Wahab), kau adalah namaku,
mewarisi ilmuku dan menduduki kedudukanku dalam mengatur urusan agama
dan dunia”
Kemudian kamu berkata, “Wahai Rasulullah, aku takut menampakkan ilmuku kepada manusia”
Rasulullah berkata kepadamu, “Janganlah takut, sesungguhnya kedudukanmu itu tinggi”.
Mendengar kisah mimpiku, dirinya melambung kesenangan, dan bertanya apakah benar mimpimu itu?”.
“Ya”, kataku. Setiap ia menanyakan hal itu aku jawab dengan positif
sampai ia yakin. Dan aku kira, mulai saat itu ia berniat untuk
melaksanakan kewajibannya.
Bag (5)
Selama aku tinggal di sana (Bashrah), beberapa perintah sampai
kepadaku dari London supaya aku pergi ke Karbala dan Najaf, tempat
dambaan hati muslimin syi’ah, basis ilmu dan spiritual mereka. Dan untuk
dua wilayah ini ceritanya panjang.
Adapun kisah Najaf, dimulai dari hari dimakamkannya di situ Ali,
khalifah keempat menurut Ahlus sunnah dan khalifah pertama menurut
mazhab Syi’ah. Kota yang jaraknya dari Najaf kira-kira satu farsakh
(satu jam jalan kakinya seorang laki), di namakan Kufah, pusat
pemerintahan khilafah Ali. Ketika ia terbunuh, kedua putranya (Hasan dan
Husein) memakamkannya di luar Kufah, yakni di tempat yang sekarang di
namakan Najaf. Kemudian Najaf menjadi hidup menyala sedangkan Kufah
dalam kerusakan. Di Najaf beberapa ulama Syi’ah berkumpul, di sana ada
rumah-rumah, pasar-pasar dan sekolahan-sekolahan. Sekarang Najaf menjadi
basis ulama Syi’ah, dan khalifah di Astana memberi sumbangan dan
menghormati mereka, karena beberapa perkara:
1-Pemerintahan Syi’ah di Persia membantu mereka, dan bila khalifah
(Astana) menyentuh kehormatan mereka maka hubungan antara kedua
pemerintahan itu menjadi tegang dan terkadang sampai pada batas perang.
2-Di sekitar Najaf banyak kaum ‘Asya`irah yang membantu
ulama, berupa alat persenjataan. Meskipun bukan senjata canggih dan
tiada undang-undang bagi mereka kecuali undang-undang ‘Asyâiri. Tetapi yang dimaksud ialah posisi kepemimpinan ulama agar bergabung bersama A’syâirah
dalam peperangan yang menumpahkan darah. Dan bagi pemerintah tidak ada
kepentingan yang serius untuk memaksa menarik penentangan ulama terhadap
mereka.
3-Ulama di sana menjadi Para marja’ bagi muslimin Syi’ah di
dunia, di India, Afrika dan lain-lain. Jadi jika pemerintah menyentuh
kehormatan mereka maka orang-orang syi’ah di semua tempat akan berontak.
Adapun kisah Karbala, dimulai sejak terbunuhnya cucu Rasulullah
(al-Husein bin Ali, putra Fatimah binti Rasul). Penduduk Iraq mengundang
al-Husein untuk datang kepada mereka dan untuk membai’atnya sebagai
khalifah mereka. Tetapi ketika ia bersama keluarganya sampai di tanah
Karbala -yang jaraknya dari Kufah sekitar 12 farsakh-, mereka berubah
(ingkar janji). Mereka keluar untuk membunuh al-Husein atas perintah
Yazid, anak Mu’awiyah khalifah Umawi yang berkuasa di Syam. Tentara
Umawi yang berjumlah banyak dengan nekat membunuh al-Husein bin Ali
bersama keluarganya. Di peperangan itu, tentara Umawi menampakkan semua
penghinaan mereka terhadap al-Husein dan keluarganya. Sejak itu kaum
Sy’iah menjadikan tempat itu sebagai basis spiritual, mereka datang dari
segala tempat dan mereka datang berhimpit-himpitan (penuh semangat)
tidak seperti spiritualitas Kristen yang ada pada kami.
Inilah kota Karbala, sebuah kota Syi’ah dan di sana terdapat ulama
Syia’h dan beberapa madrasah. Karbala dan Najaf satu sama lain saling
mendukung.
Ketika aku dapat perintah untuk pergi ke dua kota ini, aku putuskan
berangkat dari Bashrah ke Baghdad, markas wali kota yang dirampas oleh
khalifah di Astana. Dan dari situ aku berangkat ke Hullah, sebuah kota
yang terletak di tepi sungai Furat.
Furat dan Dajlah adalah dua sungai besar yang membelah Iraq dari
Turki dan bermuara ke Laut. Kesuburan pertanian Iraq terletak pada dua
sungai ini.
Pada kepulanganku nanti ke London, aku akan mengusulkan kepada
kementrian agar menggaris letak kekuasaan atas aliran dua sungai ini,
supaya Iraq menundukkan rakyat dengan sikap yang lunak. Dan apabila
aliran air itu terputus maka penduduk akan tunduk dan mematuhi
kepentingan-kepentingan kementrian.
Dari Hullah aku berangkat ke Najaf dengan menyamar sebagai pedagang
dari Azerbaejan dan aku bergabung dengan orang-orang ruhani, mengikuti
acara-acara dan majlis-majlis ta’lim mereka. Aku begitu kagum dengan
kesucian ruhani mereka, luasnya ilmu mereka dan kuatnya ketakwaan
mereka. Tetapi aku dapati mereka yang tradisional dan tidak berfikir
tentang pembaharuan urusan mereka.
1-Mereka sangat menentang terhadap pemerintahan di Turki (bukan
karena mereka Syi’ah dan pemerintah itu Ahlus sunnah), tetapi karena
tekanan pemerintah terhadap kebebasan mereka secara hebat, mereka tidak
memikirkan tentang posisi pemerintah dan bagaimana agar bebas dari
tekanan tersebut.
2-Sebagaimana aktifitas mereka terpaku pada ilmu agama, seperti para
pendeta kami di masa yang jumud. Mereka tinggalkan ilmu dunia dan hanya
sedikit yang tidak bermanfaat bagi mereka yang diambil.
3-Mereka tidak berfikir apa yang berlaku dan terjadi di sekitar mereka di dunia ini.
Aku katakan pada diriku sendiri, “Rumah-rumah mereka dalam kelelapan
sementara dunia dalam berjaga, dan suatu saat akan datang banjir yang
menenggelamkan mereka. Dan aku berusaha berulang kali menggugah mereka
untuk bangkit melawan khilafah (pemerintah), tetapi aku tidak menemukan
kecenderungan mereka untuk itu. Sebagian mereka menghinaku seakan aku
mengatakan pada mereka bahwa ‘aku akan menghancurkan dunia’. Mereka
melihat bahwa khilafah (pemerintah mereka) adalah khilafah yang durhaka
dan tidak mungkin mengatasinya kecuali dhuhurnya Wali al-Amr (Imam
Mahdi).
Wali al-Amr mereka adalah Imam yang ke dua belas dari dzurriyah
Rasul, yang ghaib pada tahun 255 Hijriyah, yakni setelah 255 tahun
Rasul mereka datang. Ia hidup sampai sekarang dan akan muncul ke dunia
untuk menegakkan keadilan saat kezaliman merajalela.
Aku heran, bagaimana orang-orang meyakini keyakinan yang khurafat
ini. Keyakinan ini semacam keyakinan yang dianut sebagian kaum Kristen
yang khurafat, yang yakin bahwa al-Masih akan kembali dari kedudukannya
yang tinggi untuk menegakkan keadilan di dunia.
Aku katakan kepada mereka, “Bukankah yang wajib adalah merubah kezaliman sebagaimana yang dilakukan Rasul Islam?”
“Sesungguhnya Rasul dibantu Allah, karena itu ia mampu”, jawabnya.
Aku katakan, “Di dalam al-Qur`an dikatakan, “Jika kamu menolong (membela) Allah, maka Allah akan menolong kamu”. Maka kalian juga akan dibantu oleh Allah, jika kalian bangkit dengan pedang melawan kezaliman pemerintah”.
“Kau ini pedagang, pemahamanmu ‘cetek’ dan tidak akan menyambung, sedangkan ini masalah yang bersifat ilmiyah.
Makam Ali bin Abu Thalib dihiasi sangat indah, halamannya elok, kubahnya
dilapisi emas dan dua menara menjulang tinggi. Setiap hari
berbondong-bondong orang datang menziarahi makam Ali bin Abu Thalib ini.
Mereka melakukan ritual keagamaan di dalamnya. Ada aturan bagi peziarah
ke makam ini. Setiap dari mereka yang mau masuk, berhenti dulu di depan
pintu masuk, mencium pintu tersebut baru mengucapkan salam, meminta
izin untuk masuk, baru memasuki ruangan makam. Makam yang mempunyai
halaman yang cukup luas itu, ada beberapa ruangan yang khusus
dipergunakan untuk berdoa.
Ada dua makam yang mirip dengan makam
Ali bin Abu Thalib ini, yaitu makam yang terletak di Karbala. Yang satu
adalah makam Husain bin Ali sedang satunya lagi Abbas yang juga syahid
bersama Husain di Karbala. Di Karbala orang-orang Syiah juga melakukan
ritual keagamaan seperti apa yang mereka lakukan di Najaf. Hanya saja
kondisi Karbala sedikit lebih menyenangkan dibanding kondisi yang ada di
Najaf. Karbala dipenuhi dengan perkebunan buah-buahan yang elok dan
pengaturan irigasi yang apik.
Selama misi saya di Iraq, saya
menemukan gambaran suasana yang bisa memberi gagasan hati saya. Ada
sejumlah kejadian yang menunjukkan keinginan masyarakat untuk mengakhiri
gubernur yang berkuasa di Iraq. Mereka mempunyai alasan bahwa gubernur
yang ditunjuk Istambul tidak sesuai dengan aspirasi yang berkembang di
Iraq. Gubernur tersebut tidak mempunyai pengetahuan yang memadai untuk
menjadi gubernur dan kejam. Dia itu hanya sok bijaksana. Tentu saja
rakyat tidak menyukainya. Orang Sunni sendiri tidak bisa berbuat banyak
akan hal ini karena gubernur membatasi gerak mereka, tentu ini sama
sekali tidak menguntungkan mereka. Pengikut Syi’ah di sisi lain tidak
puas dengan tindakan Istambul ini karena di antara mereka ada
S-a-y-i-d(l) dan S-y-a-r-i-e-f,(2) keturunan nabi yang menurut mereka
lebih berhak untuk dipilih menjadi gubernur.
(1) Keturunan Sayyidina Husain radiyalla anhu
(2) Keturunan Sayyidina Hasan radiyalla anhu
Rata-rata
orang Syi’ah berada dalam kondisi kurang beruntung. Hidup dalam
lingkungan yang mengenaskan. Lalu lintas jalan kurang nyaman. Para
preman jalanan sering menyerang para kafilah bila aparat keamanan tidak
terlihat disana. Karena itu, pemerintah Turki menunjuk seorang detasemen
yang bertugas khusus mengawal para kafilah saat melewati gerombolan
preman tersebut.
Selain dari itu, penganut Syi’ah senang
berperang, saling membunuh dan menjarah. Buta huruf yang merupakan
potret kebodohan masih menjadi pemandangan yang umum terlihat. Situasi
semacam ini mengingatkan saat Eropa berada di bawah kekuasaan para
pendeta. Yang terdidik hanyalah para pemuka agama yang hidup di Najaf
dan Karbala dan sebagian kecil dari mereka. Hampir bisa dipastikan hanya
satu dari seribu orang yang tahu tentang baca tulis.
Saat
ekonomi di Iraq mengalami kemunduran, banyak dari mereka menderita
kelaparan serta kerja para pejabat tidak beres. Orang Syi’ah mengajukan
protes terhadap pemerintahan Istambul. Dalam kondisi semacam ini saya
melihat rakyat Iraq memandang satu sama lain dalam kecurigaan. Dan
sebagai konsekewensi logis, hubungan di antara mereka tentu saja tidak
harmonis. Kemudian yang terjadi selanjutnya, para pemuka Syi’ah
mengeritik pedas orang-orang Sunni yang berada di pemerintahan,
dikatakan telah mengabaikan pendidikan, perekonomian, agama, dan
urusan-urusan dunia lainnya.
Saya tinggal di Karbala dan Najaf
hanya selama empat bulan. Saat di Najaf saya mengalami sakit yang cukup
serius. Waktu itu rasanya sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh.
Saya pergi ke dokter lalu diberi resep obat. Beruntung setelah minum
obat, kesehatanku berangsur pulih kembali. Dalam jangka tiga minggu,
saya sembuh seperti semula. Selama sakit saya berada di sebuah ruangan
bawah tanah. Karena saya sakit, tuan rumah yang menyiapkan obat dan
makanan. Sebagai imbalan atas pelayanannya yang baik, saya memberikan
sejumlah uang. Masih ingat sewaktu saya sakit, dokter menyarankan hanya
memekan gajih ayam, entah apa alasannya. Pada minggu ketiga dari sakit,
saya baru diperbolehkan makan soup dan ayamnya. Saya mengatakan pada
tuan rumah bahwa saya mau berziarah ke makam Ali bin Abu Thalib.
Ketika
merasa sudah sembuh betul, saya melanjutkan perjalanan menuju Bagdad.
Saya mempersiapkan sebuah laporan yang terdiri atas seratus halaman
terhadap observasi saya tentang kondisi dan situasi Najaf, Hulla dan
Baghdad. Saya serahkan laporan tersebut kepada perwakilan kementrian
yang bermarkas di Bagdad. Selanjutnya saya menunggu perintah berikutnya,
harus tetap di Iraq atau kembali ke London.
Saya sendiri
sesungguhnya sudah kepingin betul balik ke London, karena saya sudah
cukup lama berada di negeri orang. Saya sudah rindu tanah air dan famili
saya. Terlebih saya ingin melihat Si buah hati, anak saya, Rasputin
yang lahir setelah keberangkatan saya. Dengan alasan ini saya
melampirkan dalam laporan saya permohonan izin untuk barang sebentar
kembali ke London. Saya juga ingin menyampaikan laporan lisan atas
kesan-kesan saya selama tiga tahun misi saya di wilayah Iraq dan juga
ingin istirahat sejenak.
Perwakilan kementrian yang berada di
Iraq memberi saran kepada saya agar tidak terlalu sering menghubungi.
Jika tidak, orang-orang akan menaruh curiga. Dia juga menyarankan saya
untuk menyewa tempat di salah satu penginapan di sepanjang sungai Tigris
dan berkata, “Nanti akan saya beritahu apa jawaban dari kementrian
segera setelah saya menerima surat dari London.” Selama tinggal di
Bagdad, saya sempat mencatat perbedaan spiritual, yang terjadi antara
Istambul, ibukota kekhalifahan dan Bagdad.
Saya masih teringat
kembali saat meninggalkan Basrah menuju Karbala dan Najaf. Ada semacam
pertanyaan, “Benarkah Muhammad Annajd berada di jalan yang saya
inginkan?” Karena bagaimanapun dia adalah tipe yang mempunyai jiwa
kurang stabil dan sedikit gugup. Jangan-jangan semuanya jadi berantakan.
Ah, tidak. Saat itu dia punya rencana mau pergi ke Istambul. Saya
sempat menyampaikan pesan agar dia tetap pada pendiriannya. Saya katakan
pada dia, “Saya khawatir jika Anda sampai di sana, Istambul membuat
pernyataan yang menjadikan orang di sana menuduhmu sebagai orang murtad
dan akhirnya membunuhmu.
Kondisi begini masih menyelimuti hati
saya. Boleh jadi setelah di Istambul, dia bertemu dengan ulama besar
yang berbobot dan meluruskan pemikirannya yang ada selama ini dan
membawa dia kepada paham Sunni yang senenarnya yang tentunya akan
membuat semua cita-cita saya musnah. Karena Istambul merupakan tempat,
pusat ilmu pengetahuan Islam.
Ketika Muhammad Annajd saya lihat
sudah tidak ingin lagi tinggal di Basrah, saat itu aku menyarankan agar
dia pergi ke Isfahan atau Syraz. Dengan alasan dua kota ini cukup nyaman
dan penduduknya adalah penganut Syi’ah dalam hal ini tidak mungkin ada
minat mempengaruhi pemikiran Muhammad Annajd. Sehingga dia tidak bakal
mengubah sesuatu yang telah saya tanamkan.
Ketika kami berpisah,
saya katakan padanya, “Kamu ingat apa yang terjadi pada Taqiya?” “Ya
saya ingat,” jawabnya. Taqiya adalah salah satu sahabat Nabi yang
disiksa dan orang tuanya dibunuh oleh orang-orang kafir. Peristiwa
Taqiya bisa diambil sebagai pelajaran. Taqiya secara terbuka menyatakan
bahwa dia adalah pengikut Nabi. Kendati setelah dia melapor pada Nabi,
Nabi tidak menyalahkan terhadap yang telah dilakukan oleh Taqiya
berkenaan dengan kejadian tersebut. Maka saya menyarankan pada Muhammad
Annadj, “Jangan mengatakan pada Syi’ah bahwa kamu Sunni jika tidak mau
menjadi sasaran orang Syi’ah. Manfaatkan negara dan ulama mereka!
Pelajari adat dan tradisi mereka. Mereka itu tak kenal kompromi dan
keras kepala.”
Saya memberikan dia sejumlah uang atas nama zakat
saat saya meninggalkannya. Zakat adalah pajak dalam Islam, yang
dikumpulkan untuk kemudian dibagikan bagi orang yang membutuhkan. Selain
itu saya memberi kenang-kenangan sebuah pelana.
Sejak saat itu,
saya kehilangan kontak dengan dia. Namun demikian, kami telah membuat
satu kesepakatan bahwa siapa yang duluan datang ke Basrah dan tidak bisa
ketemu, agar meninggalkan surat di rumah Abdur Ridla.
Bag (6)
BAGIAN KE ENAM
Tidak lama tinggal di Bagdad, kemudian saya menerima
pesan yang menyuruh saya untuk kembali ke London, kota yang telah saya
tinggalkan. Di London saya berbincang-bincang dengan Sekretaris dan
sejumlah pejabat kementrian. Saya ceritakan kepada mereka seluruh
aktivitas penelitian saya dalam misi panjang di Negeri orang. Mereka
cukup puas dengan informasi yang saya berikan mengenai situasi dan
kondisi Iraq. Disisi lain Safiyah, teman wanita Muhammad Annajd juga
mengirimkan satu laporan yang isinya sama persis dengan apa yang saya
laporkan. Saya baru saja mengetahui bahwa seluruh misi yang jalankan itu
dibuntuti oleh seseorang utusan dari kementrian. Orang ini juga
mengirimkan laporan yang berbarengan dengan laporan yang saya kirim dan
isinya sama dengan cerita yang telah saya sampaikan pada Sekretaris.
Sekretaris
menyuruh saya untuk menemui Mentri. Saat saya menghadap, dia
menunjukkan satu sikap sepertinya saya belum pernah melaporkan
kedatangan saya dulu dari Istambul. Saya melihat bahwa sekarang mendapat
tempat yang istimewa di hatinya.
Mentri sangat senang setelah
mengetahui bahwa saya telah mendapatkan Muhammad Annajd. Katanya, “Dia
adalah satu senjata yang dicari Kementrian kita. Berilah janji-janji
kepadanya. Adalah itu lebih baik waktu yang Anda luangkan bersamanya
digunakan untuk mendoktrin dia.
Ketika saya katakan saya khawatir
akan kondisi Muhammad Annajd yang boleh jadi mengubah haluan
pemikirannya. Mentri mengatakan, “Jangan khawatir. Dia tetap pada
pendiriannya saat Anda meninggalkannya. Agen rahasia kementrian kita
bertemu dia di Isfahan dan memberikan laporannya kepada kementrian kita
bahwa Muhammad Annajd tetap pada pendiriannya. “Saya menanyakan pada
diri saya sendiri, “Bagaimana mungkin Muhammad Annajd menyingkap semua
rahasia itu pada orang lain, orang yang belum dia kenal betul?” Saya
tidak berani menanyakan perihal ini kepada mentri. Baru setelah saya
bertemu Muhammad Annajd berikutnya, saya mengetahui bahwa di
I-s-f-a-h-a-n ada seseorang yang bernama “A-b-d-u-l K-a-r-i-m” bertemu
dia dan menemukan rahasia tersebut karena adanya kata-kata, “Saya
saudara Muhammad (maksudnya saya, H-e-m-p-h-er). Muhammad Anajd
menceritakan kepada saya bahwa dia kenal dekat dengan kamu.”
Muhammad
Annajd mengatakan pada saya, “S-a-f-i-y-a-h pergi bersama saya ke
Isfahan dengan status nikah mut’ah selama lebih dari dua bulan. Abdul
Karim menemani saya pergi ke S-y-i-r-a-z dan mempertemukan saya dengan
seorang wanita yang bernama A-s-i-y-a-h, yang lebih cantik dan menarik
dari pada Safiyah. Dengan nikah bersama wanita itu saya benar-benar
menikmati saat paling menyenangkan.”
Berikutnya saya tahu bahwa
Abdul Karim adalah seorang agen rahasia Kristen yang menetap di Isfahan
distrik J-e-l-f-a yang bekerja pada kementrian. Sedang Asiyah, seorang
Yahudi yang tinggal di Syiraz, adalah agen rahasia lain dari kementrian.
Empat dari kami mengkoordinasi jalan untuk membidik Muhammad Annajd
menuju satu kondisi yang sedemikian rupa yang di masa mendatang akan
melakukan sesuatu yang kami inginkan melalui jalan yang tepat.
Saat
saya mengaitkan peristiwa-peristiwa di atas di hadapan Mentri,
Sekretaris, dan dua anggota dari Kementrian yang tidak saya kenal,
Mentri berkata kepadaku, “Kamu berhak mendapat hadiah terbesar dari
Kementrian. Karena kamu masuk daftar terbaik di antara sekian agen
rahasia terpenting dari Kementrian. Sekretaris akan memberikan sejumlah
rahasia negara yang nantinya akan banyak membantu misi yang kamu
jalankan.”
Habis itu Kementrian memberikan cuti kepada saya
selama sepuluh hari, di mana saya dapat menjenguk famili. Segera setelah
saya pulang, saya luangkan kesempatan yang bagus ini bersama anakku,
yang sangat mirip dengan aku. Anakku sudah sedikit bisa mengucapkan
beberapa kata dan sudah bisa berjalan, di mana saya melihatnya begitu
senang sehingga rasanya anakku itu merupakan bagian dari diriku sendiri.
Sepuluh hari cuti itu benar-benar sangat membawa kebahagiaan besar bagi
saya. Saya benar-benar merasakan merasakan seakan-akan terbang ke
angkasa karena sangking senangnya. Saat-saat demikian merupakan
kebahagiaan besar bisa kembali pulang, bercanda ria bersama keluarga.
Selama cuti sepuluh hari tersebut saya sempat bertandang ke rumah tante,
yang sangat mencintai saya. Tentu sangat bijak bagi saya untuk
bertandang ke rumahnya. Namun sayang, dia meninggal dunia setelah
keberangkatan saya dalam misi ketiga. Sangat berduka saya saat itu.
Cuti
sepuluh hari berjalan begitu cepat serasa se jam saja. Bila saja
hari-hari yang penuh ceria itu berjalan begitu cepat, hari-hari duka
serasa seperti berabad-abad. Masih ingat saat saya mengalami sakit yang
cukup serius di Najaf. Rasanya bertahun-tahun saat itu.
Saat saya
mau menghadap Kementrian untuk menerima perintah selanjutnya, saya
bertemu dengan sekretaris dengan wajah berseri-seri, ceria serta
menyenangkan. Dia langsung menjabat tanganku, menyambut kedatanganku
dengan sambutan yang hangat dan dengan penuh keramahan. Dia mengatakan
pada saya, “Demi perintah mentri dan komite yang membiayai urusan
kolonial, saya akan mengungkap dua rahasia negara untuk kamu. Yang pasti
kamu nanti akan banyak bisa mengambil manfaat dari rahasia tersebut.
Tak seorangpun bisa mengetahui rahasia itu kecuali orang-orang yang
memang benar-benar bisa menerima kepercayaan.”
Sambil menggandeng
tanganku, sekretaris membawa saya ke sebuah ruangan Kementrian. Di
dalam ruangan tersebut saya menemui orang-orang yang cukup menarik
perhatian saya. S-e-p-u-l-u-h orang duduk mengelilingi meja bundar.
Orang p-e-r-t-a-m-a menyamar sebagai khalifah Turki Usmani dengan segala
atribut yang dipakainya. Tentunya sudah menguasai bahasa Turki, bahasa
kekhilafahan Utsmani dan Inggris karena memang bahasanya sendiri. Yang
k-e-d-u-a mirip seperti Syaikhul Islam di Istambul, baik dari pakaian,
cara bicara maupun sikapnya. Yang ke t-i-g-a memakai pakaian serta
atribut seperti atribut yang dipakai Syah Iran. Yang ke-e-m-p-a-t
menyamar sebagai Perdana Mentri di Istana Iran. Sedang yang ke-l-i-m-a
menyamar seperti Ulama besar Syi’ah di Najaf. Tiga orang terakhir ini
menguasai bahasa Inggris dan Persi. Setiap satu dari lima orang ini
mempunyai asisten yang duduk di samping mereka dan menulis apa saja yang
ingin mereka sampaikan. Asisten-asisten ini memberikan informasi yang
diperlukan oleh lima orang ini dengan mencari tahu secara pasti atas
tipe-tipe mereka di Istambul, Iran dan Najaf.
Sekretaris berkata,
“Lima orang ini mewakili lima orang tipe yang ada di sana. Untuk
mengetahui tipe pemikiran orang di sana, kami telah mendidik dan melatih
orang-orang ini dan persis sama dengan tipe, gaya, dan sikap serta
pemikiran orang di sana. Kami telah mendalami informasi yang kami dapat
tentang keaslian mereka di sana, Istambul, Teheran dan Najaf terhadap
orang-orang ini. Dan dalam hal ini lima orang ini, menyerupakan diri,
membayangkan diri mereka menjadi orang-orang asli daerah tersebut. Kami
juga telah melakukan gladi bersih terhadap hasil penyamaran ini. Kami
berani menjamin bahwa penyamaran ini tujuh puluh persen sesuai dengan
tipe kondisi orang yang ada di sana.
“Jika perlu, Anda boleh
memberikan penilaian dengan mengajukan pertanyaan terhadap mereka. Anda
sendiri telah bertemu Ulama besar Syi’ah di Najaf dan menanyakan
sejumlah pertanyaan.” Saya mengiakan kata-kata sekretaris tersebut
karena memang benar bahwa saya bertemu dengan Ulama besar Syi’ah di
Najaf. Saya mengambil sejumlah pertanyaan yang pernah kuajukan kepada
Ulama di Najaf dan kemudian saya ajukan kepada orang yang menyamar
sebagai U-l-a-m-a Najaf tersebut, “Guru, bolehkan kita mengadakan
perlawanan terhadap pemerintah karena alasan pemerintahan tersebut Sunni
dan karena mereka itu fanatik?” Dia berfikir sejenak dan kemudian
menjawab, “Tidak, tidak boleh kita mengadakan perlawanan terhadap
pemerintah hanya karena alasan mereka itu Sunni. Semua orang Islam itu
bersaudara. Kita boleh bangkit berperang melawan mereka hanya jika
mereka melakukaan kezaliman, penganiayaan serta penindasan terhadap Umat
Islam. Dan bahkan dalam hal ini kita mesti mengacu pada prinsip Amar
ma’ruf dan Nahyi mungkar. Kita harus mengadakan gencatan senjata segera
setelah mereka berhenti melakukan penindasan.”
Saya bertanya
lagi, “Guru, bolehkah saya tahu akan pendapat bapak tentang apakah benar
bahwa orang Yahudi dan Kristen itu curang?” Dia menjawab, “Ya, mereka
curang,” dia meneruskan kata-katanya, “Perlu bagi kita untuk menjauhi
mereka semua.” Ketika saya tanyakan alasannya, dia menjawab, “Hal yang
demikian ini dilakukan adalah sebagai pembalasan atas penghinaan mereka.
Mereka mencap kita sebagai orang kafir dan mengingkari Nabi kita
Muhammad. Karena itu, kita mengadakan pembalasan atas sikap mereka.”
Saya menanyakan permasalahan lain dengan mengatakan, “Guru, bukankah
kebersihan itu termasuk sebagian dari iman? Kendati pada kenyataan jalan
utama dan jalan-jalan di sekitar Sahnis-Syarief(1) tidak terjaga
kebersihannya.
—————–
(1) Tempat di sekitar makam Ali bin Abu Thalib.
Bahkan
sekolah, tempat mereka belajar, tidak memenuhi sebagai dikatakan
bersih.” Dia menjawab, “Ya, itu benar adanya bahwa kebersihan itu
sebagian dari iman, walaupun orang Syi’ah sendiri banyak yang kurang
memperhatikan soal kebersihan.”
Benar-benar menakjubkan,
jawaban-jawaban yang diberikan anak buah Kementrian yang ada dalam
ruangan tersebut benar-benar sesuai dengan jawaban-jawaban yang telah
saya terima dari Ulama Syi’ah di Najaf. Keakuratan sikap, pemikiran, dan
identitas yang benar-benar persis ini, yaitu antara orang dari
Kementrian dan Ulama di Najaf sangat membuat saya terheran-heran. Selain
itu, orang ini pinter bahasa Persi.
Sekretaris mengatakan, “Jika
Anda menemukan tipe lain yang belum dimiliki oleh empat orang lain,
Anda bisa berbincang-bincang dengan orang-orang ini, dan untuk
memberikan contoh bagaimana tipe kepribadiannya, lalu perlu ditest agar
orang-orang ini benar-benar bisa menyamarkan diri dengan tipe
kepribadian orang asli di sana. Ketika saya katakan, “Saya kenal betul
bagaimana cara berpikir Syaikhul Islam di Istambul. Karena guru saya
Ahmad Efendi memberikan keterangan yang cukup jelas gambaran- gambaran
Syaikhul Islam kepada saya.” Kata sekretaris, “Kalau begitu Anda bisa
berembuk dengan orang dari Kementerian tersebut dan mendiskusikan
bagaimana baiknya.”
Saya mendekat dan bertanya kepada model yang
menjadi S-y-a-i-k-h-u-l Islam, begini,. “Apakah merupakan kewajiban
untuk mentaati Khalifah?” “Ya, hal itu wajib,” jawabnya. “Apakah itu
wajib mentaati Allah dan Nabi?” Ketika saya menanyakan dalil yang
mendasari akan keharusan menaati Allah dan Nabi ini, dia menjawab,
“Tidakkah anda pernah mendengar ayat Al-Qur’an yang menyatakan,
“Taatilah kamu sekalian terhadap Allah, Rasul-Nya dan Ulil amri di
antara kamu sekalian.”
————-(1) Surat Annisa, ayat: 59
Saya
katakan, “Apakah ini berarti Allah menyuruh kita untuk taat kepada
Khalifah Yazid, yang memberi perintah kepada prajuritnya untuk menyerang
penduduk Kota Madinah dan membunuh cucu Muhammad dan juga Walid yang
hobi meneguk minuman keras?”
Jawabannya begini: “Anakku! Yazid adalah
Amirul mu’minin atas izin Allah. Dia tidak mengeluarkan perintah untuk
membunuh Husain, cucu Nabi. Jangan percaya kebohongan orang-orang
Syi’ah! Bacalah buku sejarah dengan benar! Dia memang pernah berbuat
salah. Tapi kemudian dia bertobat, minta ampunan Allah atas
kesalahannya. Memang benar Yazid memerintahkan untuk menyerang penduduk
Madinah. Karena penduduk tidak mau patuh dan tidak bisa dikendalikan.
Sedang masalah khalifah Walid ya, memang dia itu berdosa. Dalam hal
minum minuman keras. Kita tidak wajib mengikuti apa yang diperbuat, tapi
mematuhi perintahnya dengan tuntutan syari’ah itu tetap wajib.” Saya
telah menanyakan pertanyaan yang sama ini kepada guru saya Muhammad
Efendi dan jawaban yang saya terima ini hanya terdapat sedikit
perbedaan.
Kemudian saya bertanya kepada sekretaris, “Apa tujuan
pokok alasan mempersiapkan model-model orang semacam ini?” Dia menjawab,
“Dengan metode semacam ini kita bisa membuat satu perkiraan atau
barometer sampai sejauh kapasitas mental khalifah dari kekhilafahan
Turki Usmani, Ulama mereka baik itu Sunni maupun Syi’ah. Kita sekarang
ini sedang mencari satu barometer yang tepat, yang akan bisa membantu
kita untuk menguasai dan menaklukkan mereka.
Contoh sederhana,
jika saja anda tahu persis dari arah mana datangnya musuh, tentu Anda
akan bisa membuat persiapan yang benar-benar efektif tanpa harus
membuang banyak biaya dan tenaga. Segala sesuatu yang sia-sia bisa
ditekan sekecil mungkin, dan Anda bisa menempatkan pasukan pada posisi
yang tepat sehingga bisa membikin kocar-kacir pertahanan musuh. Berbeda
jika Anda tidak mengetahui dari arah mana datangnya serangan musuh,
tentu Anda menempatkan pasukan sembarangan di sana sini dan pada
akhirnya bertekuk lutut, kalah. Sama saja jika Anda mengetahui secara
betul dasar hukum dan dalil-dalil yang membuktikan kebenaran agama yang
mereka anut, mazhah yang mereka ikuti, akan memungkinkan Anda bisa
menyiapkan dalil-dalil tandingan yang bisa menangkis argumentasi dalil
yang mereka pegang dan dengan demikian Anda bisa mengalahkan mereka,
juga dengan dasar yang mereka pegangi.”
Sekretaris memberi saya
sebuah buku setebal seribu halaman yang berisi tentang hasil dari suatu
proyek penelitian yang dilaksanakan oleh lima perwakilan di atas
sejumlah tempat atau departemen, seperti kemiliteran, perekonomian,
pendidikan dan agama. Sekretaris berkata, “Silakan baca di rumah dan
bila sudah selesai, segera kembalikan lagi kepada saya.” Saya bawa buku
tersebut kerumah dan saya baca dengan serius, dengan segenap perhatian
saya selama masa liburan tiga minggu.
Ternyata buku tersebut
isinya benar-benar menakjubkan. Dokumen-dokumen penting dalam buku
tersebut yang merupakan hasil kerja keras yang dalam pelaksanaannya
banyak mengalami hambatan itu, isinya benar-benar dapat dipertanggung
jawabkan. Menurut saya sendiri, informasi yang disampaikan oleh lima
perwakilan yang merupakan copi dari tipe orang di Timur Tengah itu tujuh
puluh persen sesuai dengan fakta lapangan. Makanya tidak berlebihan
jika sekretaris mengeluarkan komentarnya bahwa yang dikatakan oleh lima
perwakilan tersebut 70% benar.
Dengan membaca buku tersebut,
sekarang percaya diri yang dimiliki negeri saya semakin bertambah besar
dan kuat dan mulai saat itu juga saya bisa mengetahui dengan pasti bahwa
rencana Pemerintahan Kolonial Inggris dalam usaha untuk meruntuhkan,
memporak porandakan, melumpuhkan, dan menghancurkan kekhilafahan Turki
Usmani yang direncanakan dalam jangka waktu kurang satu abad tersebut
benar-benar telah dipersiapkan dengan matang. Sekretaris juga
mengatakan, “Di ruangan yang sama lainnya, kita juga mempunyai ruangan
meja bundar serupa yang dimaksudkan untuk negara-negara yang sudah
dijajah dan negara-negara yang masuk daftar Waiting list untuk dijajah.”
Ketika
saya menanyakan kepada Sekretaris di mana ditemukan orang yang begitu
cerdas dan berbakat tersebut, dia menjawab, “Agen rahasia kita di
seluruh dunia selalu siap siaga dalam menyiapkan intel yang handal.
Sebagaimana Anda melihat sendiri, lima perwakilan yang menjadi model ini
benar-benar expert dalam bidang mereka. Bisa diambil pelajaran, jika
Anda diberi informasi atau keterangan yang dipunyai oleh orang yang
memang punya reputasi, Anda mestinya mempunyai cara berpikir seperti
orang tersebut dan kemudian membuat pernyataan ataupun keputusan seperti
yang dia buat. Karena Anda sekarang akan mengcopi atau yang akan
menjiplak tipe cara berpikir dan sikap pribadinya.”
Sekretaris
melanjutkan pembicaraannya dengan mengatakan, “Ya begitulah rahasia
pertama dari negara kita yang bisa saya sampaikan pada Anda. Rahasia ke
dua akan saya berikan pada Anda nanti bulan depan kalau Anda selesai
membaca buku yang saya pinjamkan tadi dan mengembalikannya kepada saya.”
Saya
baca buku tersebut bagian demi bagian dari awal hingga akhir, dengan
melibatkan seluruh perhatian saya. Buku tersebut bisa menambah
pengetahuan saya tentang siapa sesungguhnya pengikut Muhammad tersebut,
apa kelemahan mereka, apa kelebihan mereka, apa yang membuat mereka
berkuasa, punya kekuatan yang begitu hebat dan bagaimana menempatkan
kekuatan mereka itu satu titik yang paling rawan. Titik kelemahan orang
Islam sebagaimana yang tertera dalam buku tersebut adalah sebagai
berikut:
01. Konflik yang mengakar antara Sunni-Syi’ah,
perselisihan antara pejabat dan rakyat, ketidak-akuran Pemerintah Turki
dan Pemerintah Iran, percekcokan antar suku dan permusuhan Ulama dengan
pemerintahan.
02. Dengan sedikit pengecualian bahwa orang Islam itu tidak disiplin, tidak patuh, dan tidak terpelajar
03. Kekuatan spiritual cukup minim, rendahnya pendidikan, dan tidak mempunyai keseriusan.
04.
Mereka benar-benar telah hanyut dengan permasalahan yang berkaitan
dengan akhirat, sementara mengabaikan dan tidak memperhatikan
urusan-urusan dunia.(1)
(1) Sesungguhnya apa yang dikatakan
“Britsh spy” dalam hal ini tidak benar. Dalam hadits (?) dikatakan,
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya dan
beribadahlah kamu seakan-akan kamu mati besuk.”
05. Fara khalifah adalah diktator yang zalim.
06. Jalan-jalannya tidak nyaman dan pengaturan lalu lintas acak-acakan.
07.
Tidak ada tindakan pencegahan yang diambil penyakit menular yang
mewabah seperti kolera, yang bisa mematikan ribuan rakyat kecil setiap
tahunnya, serta kebersihan air tidak dijaga.
08. Pengaturan tata kota kurang dan tidak ada pelayanan air bersih untuk minum.
09.
Tidak ada pasukan yang secara khusus ditugaskan untuk mengatasi para
pemberontak dan pengacau. Di sana ada kerancuan hukum, tatanan Al-Qur’an
yang mereka banggakan hampir bisa dikatakan tidak terlihat dalam
kehidupan mereka.
10. Perekonomian runtuh.
11. Angkatan
bersenjata tidak terorganisir secarab rapi, juga tidak punya
perlengkapan persenjataan yang memadai, kalaupun ada itu adalah
persenjataan dibilang sudah kuno.
12. Terjadi pelanggaran hak-hak para wanita.
14. Lingkungan tidak sehat dan tidak bersih.
Setelah
menerangkan tentang kelemahan dan titik rawan yang ada pada orang
Islam, kemudian buku tersebut memberikan informasi tentang hakikat Islam
yang sesungguhnya.
01. Islam menyuruh bersatu dan melarang
perpecahan serta menganjurkan kerja sama. Hal ini telah dinyatakan dalam
Al-Qur’an. “Berpeganglah kamu sekalian pada tali Allah dan jangan
bercerai-berai.” (1)
02. Islam memerintahkan agar umatnya berpikir
dan mengadakan penelitian. Sebagaimana tersebut dalam Qur an:
“Berjalanlah kamu di muka bumi. “(2)
(2) Surat Ali Imran; ayat: 107.
03.
Islam menyuruh umatnya agar menuntut ilmu. Hal ini dinyatakan dalam
hadits yang berbunyi “Menuntut ilmu itu wajib bagi orang muslim dan
muslimat.”
04. Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja giat
dalam urusan dunia, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an: “Dan di
antara mereka ada yang berdoa: Tuhanku berilah bagi kami kebaikan di
dunia dan akhirat.” (1)
(1)Surat Albaqarah, ayat: 201
05.
Dalam setiap permasalahan, Islam memerintahkan untuk mengadakan
musyawarah. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an: “Sedang urusan mereka
diputuskan dengan musya’warah di antara mereka. “(2)
(2) Surat Asyura, ayat: 38
06. Islam memerintahkan untuk membangun jalan. Sebagaimana Al-Qur’an mengatakan: “Berjalanlah kamu sekalian di muka bumi. “(3)
(3) Surat Almulk, ayat:15
07. Orang Islam dituntut agar memperhatikan bidang kesehatan. Hadits meriwayatkan: “llmu itu atas 4 bagian:
(1) Ilmu fiqih untuk menjaga keimanan,
(2) Ilmu kedokteran untuk menjaga kesehatan,
(3) Ilmu nahwu dan shorof untuk menjaga bahasa,
(4) Ilmu astronomi untuk mengetahui waktu.”
08.
Islam memerintahkan adanya perkembangan. Sebagaimana tertera dalam
Al-Qur’ an: “Allah menciptakan apa-apa yang ada di bumi untuk kamu. “(4)
(4) Surat Albaqarah, ayat: 29
09.
Islam memerintahkan adanya ketertiban dan kerapian. Al-Qur’an
menyebutkan: “Dan Kami tumbuhkan segala sesuatu menurut ukurannya. “(1)
(1) Surat Alhijr, ayat:19
10.
Islam menyerukan untuk membangun ekonomi yang kuat. Dalam Al hadist (?)
disebutkan: “Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya dan
beribadahlah untuk akhiratmu seakan kamu mati besuk.”
11. Islam
menyuruh umatnya agar membangun kekuatan bersenjata yang kuat. Al-Qur’an
menyatakan: “Persiapkanlah kekuatan sebaik mungkin untuk menghadapi
mereka. “(2)(2) Surat Al-anfal, ayat: 60
12. Islam menyuruh untuk
memperhatikan hak para wanita. Sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Sebagaimana laki-laki punya hak terhadap para wanita, begitu juga para
wanita punya hak terhadap laki-laki.”(3)
(3) Surat Albaqarah ayat: 228
13.
Islam sangat memperhatikan terhadap kebersihan. Hal terseb’ut
diriwayatkan dalam hadits: “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”
Selanjutnya
dalam buku tersebut menyarankan agar menghancurkan dan sebisa mungkin
merusak serta menghilangkan kekuatan yang dimiliki orang Islam. Kekuatan
basis penyangga Islam yang mesti dirusak atau dihapuskan tersebut
adalah sebagai berikut:
01. Islam tidak mengenal perbedaan ras, bahasa, tradisi, adat, dan kedaerahan.
02. Bunga bank, lintah darat, prostitusi, minuman keras dan katak semuanya itu dilarang dalam Islam.
03. Orang muslim pada dasarnya benar-benar taat terhadap Ulama mereka.
04.
Mayoritas orang Sunni bisa menerima keberadaan Khalifah sebagai yang
mewakili Nabi. Mereka berpendapat bahwa wajib mentaati khalifah
sebagaimana wajibnya mentaati Allah dan Rasul.
05. Jihad atau perang membela Islam adalah wajib.
06. Menurut sebagian orang Syi’ah, semua orang segolongan mereka yaitu Sunni dan non-muslim adalah curang.
07. Semua muslim meyakini bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang benar.
08. Mayoritas muslim yakin bahwa wajib hukumnya meng usir orang Yahudi dan Kristen dari Semenanjung Arab.
09. Mereka benar-benar serius dalam melaksanakan ibadah.
10. Orang Syi’ah yakin bahwa haram hukumnya membangun gereja di negara-negara Islam.
11. Orang Islam rata-rata berpegang kuat terhadap prinsip keimanan mereka.
12. Menurut Syi’ah wajib memberikan seperlima humus, harta yang diperoleh dari rampasan perang kepada Ulama.
13.
Muslim sangat memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, sehingga
mereka tidak mungkin meninggalkan cara hidup yang ditempuh orang tua
mereka.
14. Wanita muslim memakai jilbab yang menutupi badan mereka, sehingga sulit bagi orang yang punya niat jahat terhadap mereka.
15. Muslim mayoritas melaksanakan shalat secara berjama’ah, yang bisa membawa kebersamaan lima kali dalam sehari.
16. Karena menurut mereka makam Rasul dan makam Ali itu tempat yang keramat, mereka berziarah ke tempat-tempat ini.
17.
Ada sejumlah orang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad, yang bemama
Sayid dan Syarief, yang mengingatkan muslim terhadap Nabi dan ini akan
tetap hadir dalam ingatan muslim.
18. Saat muslim berada dalam satu perkumpulan, para mubalig selalu membarui iman dan menyuruh mereka untuk menambah ketaqwaan.
19. Wajib bagi setiap muslim untuk ber’amar-ma’ruf dan nahyi-mungkar.
20. Merupakan anjuran untuk menikahi wanita lebih dari satu orang agar bisa menambah populasi umat Islam.
21. Mengajak satu orang untuk masuk Islam itu lebih baik dan lebih bernilai dari pada dunia dan isinya.
22.
Hadits mengatakan, “Barang siapa menciptakan suatu kebajikan, maka
baginya pahala dan pahala orang yang mengikuti melakukan kebajikan
tersebut” Hadits ini sangat terkenal di kalangan umat Islam.
23.
Orang Islam menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai rujukan umat dalam
kehidupan mereka. Mereka meyakinkan betul bahwa hanya berperang pada
kedua sumber hukum inilah satu-satunya jalan untuk mencapai surga.
Informasi
selanjutnya dari buku setebal seribu halaman tersebut adalah advise
untuk merobohkan sikap fanatik orang Islam terhadap prinsip yang mereka
pegangi di mana ini merupakan kekuatan penyangga utama Islam juga saran
untuk mempopulerkan kelemahan-kelemahan mereka. Ini digambarkan secara
jelas dan rinci, sekaligus bagaimana hal ini bisa dilaksanakan secara
baik.
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk menggiring muslim
menuju satu kondisi yang mudah dihancurkan adalah tertulis seperti
tersebut di bawah ini.
0l. Ciptakan konflik dengan memancing rasa
permusuhan di antara aliran sekte yang berselisih paham, menciptakan
perasaan saling curiga, dan dengan media massa untuk tindak lanjut
memperuncing konflik tersebut
02. Kapan saja kondisi
memungkinkan, halangi sekolahan dan media massa yang ada serta bakar
buku literatur yang mereka punya. Pastikan bahwa anak-anak orang Islam
tetap dalam kebodohan dengan menimbulkan fitnah pada pribadi pemuka
agama dan kemudian mencegah orang tua muslim dari mengirim anak-anak
mereka ke pusat pendidikan agama.
03. Junjung akan pentingnya
mendapatkan kenikmatan surga di hadapan mereka dan yakinkan bahwa mereka
tidak perlu banyak mengurusi urusan dunia. Perluas kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan tasawuf. Giring mereka agar hanyut dengan
persoalan akhirat dengan mendorong mereka untuk aktiv membaca buku-buku
yang menganjurkan zuhud, seperti buku “Ihya Ulumuddien” karangan Imam
Ghozali, buku “Mesnevi” karangan Maulana dan buku yang sejenis karangan
Muhyidin Arabi.(1) (1) Zuhud yang dianjurkan dalam buku-buku tasawuf,
tidak berarti mengabaikan urusan dunia. Tapi itu mempunyai makna bahwa
orang Islam tidak boleh terlalu mencintai dunia. Dengan kata lain,
bekerja mencari nafkaah untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah termasuk
ibadah yang berpahala.
04. Bujuk para khalifah agar berbuat
kezaliman dan dengan hasutan kata-kata seperti ini: Tuan adalah khalifah
Tuhan di bumi. Pada sesungguhnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Bani
Umayah, dan Bani Abasiah, semuanya bisa berkuasa dengan menggunakan
kekuatan senjata dan mereka semua bisa berdaulat. Contohnya, Abu Bakar
menjadi khalifah atas bantuan Umar dan dengan melalui cara membakar
rumah-rumah orang yang tidak mau mentaatinya, seperti rumah Fatimah.(1)
(1)
Saat Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, salah seorang sahabat, Abu
Sufyan datang ke rumah Ali, menawarkan bantuan jika Ali mau menjadi
khalifah, tapi itu ditolak oleh Ali.
Dan Umar menjadi khalifah atas
dasar keputusan dari Abu Bakar. Utsman, di sisi lain, menjadi khalifah
atas surat perinutah dari Umar Sedang Ali, menjadi khalifah dengan
dipilih oleh para penyamun. Mu’awiyah menjadi khalifah dengan mengangkat
senjata. Kemudian pada zaman Bani Umayah berkuasa, kepemimpinan Islam
berubah menjadi warisan yang diberikan secara turun-temurun. Begitu juga
halnya dengan Bani Abasiyah. Ini semua merupakan bukti bahwa dalam
Islam kekuasaan dibentuk melalui keputusan tunggal, kediktatoran, dan
bukan lewat pemilihan.
05. Hapuskan hukum mati dari kitab
perundang-undangan. Rintangi, cegah aturan yang menghukum para preman
dan perampok. Pastikan bahwa perjalanan tidak bisa memberi kenyamanan
bagi musafir dengan cara mempersenjatai para preman dan perampok
tersebut.
06. Kita bisa menggiring mereka pada kondisi kehidupan yang tidak sehat, dengan program seperti berikut:
Segala
sesuatu itu tergantung pada taqdir Allah. Pengobatan tidak akan
mempunyai arti dalam menyembuhkan suatu penyakit. Bukankah telah
dinyatakan dalam Al-Qur’an, “Tuhanku yang memberi makan dan minum saya.
Dan dialah yang menyembuhkan saya ketika saya sakit. Dan dia sendiri
mematikan aku, kemudian menghidupkan kembali(1) (1) Surat Asyura, ayat:
79-80-81
Jadi tidak ada seorang pun mati tanpa kehendak Allah.
07.
Ciptakan pernyataan seperti berikut dalam mendorong kezaliman: Islam
adalah agama yang amat mengurusi permasalahan ibadah. Urusan negara
adalah di luar Islam. Nabi Muhammad dan khalifah penggantinya tidak
pernah mengangkat mentri atau menetapkan hukum-hukum kenegaraan.
08.
Kemunduran ekonomi adalah konsekwensi logis hasil propaganda tersebut
nomor 07. Kita bisa menghentikan pertumbuhan ekonomi dengan
menghancurkan kebun, menenggelamkan kapal yang digunakan sebagai alat
utama roda perdagangan, membakar pasar, membikin bobol bendungan yang
digunakan sebagai irigasi dengan serangan, sehingga pusat lahan
pertanian dan industri yang tertinggal tergenang air, yang pada akhirnya
mencemari air minum yang dialirkan lewat pipa-pipa.
09.
Menggiring para pejabat pemerintahan untuk hobi main perempuan, alkohol,
berjudi, korupsi, kolusi, dan penipuan serta mengajari mereka caranya
mencuri harta negara untuk kepentingan pribadi. Dorong juga rakyat kecil
untuk berbuat demikian dan berilah orang-orang ini hadiah.
Dalam
buku tersebut diberikan satu catatan: Agen mata-mata yang melaksanakan
tugas ini agar benar-benar waspada dan hati-hati agar semua rahasia ini
tidak bocor ke tangan orang luar, yang bisa berakibat fatal, mata-mata
bisa saja ditangkap warga muslim.
10. Populerkan macam-macam
riba. Karena riba tidak hanya meriutuhkan tatanan ekonomi, tapi lebih
dari itu membiasakan orang Islam dan mengabaikan norma aturan Islam.
Sekali orang melanggar satu hukum, ini akan mudah baginya untuk
cenderung melakukan pelanggaran yang lainnya. Mereka harus diberi
pengertian bahwa bunga uang atau riba itu bisa haram hanya jika
berlipat. Karena hal itu telah dinyatakan dalam Al-Qur’an: Janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda.(1)
(1) Surat Ali Imran, Ayat: 130.
Karena itu, tidak setiap bentuk interest rate (bunga uang) itu haram.
11.
Sebarkan sikap terbalik dari warga muslim yaitu, dari menghormati para
Ulama menjadi membenci mereka dengan cara menimpakan fitnah terhadap
pribadi Ulama, sehingga umat Islam akan dengan terang-terangan mencaci
terhadap tingkah laku yang dilakukan para Ulama, yang padahal itu adalah
sandiwara yang kita buat, agar umat menjauhi pemimpin mereka, yaitu
para Ulama. Untuk merealisasikan ini kita akan menurunkan beberapa orang
yang sudah digodok, dilatih yang bertugas menyamar sebagai ulama.
Kemudian pada gilirannya orang-orang kita ini menyerupakan diri dengan
sedemikian rupa, sehingga mereka ini benar-benar persis seperti Ulama
dilihat dari segala sudut. Berikut, orang-orang ini melakukan satu
tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh Ulama. Sehingga
orang-orang Islam akan bingung dengan tindakan para Ulama, melihat
kondisi yang ada. Dan setiap Ulama akan memendang satu sama lain dalam
kecurigaan. Kemudian orang-orang yang menyamar sebagai Ulama, yaitu dari
mata-mata kita tadi disusupkan masuk ke sentral pendidikan Al-Azhar,
Istambul, Najaf, dan Karbala. Tindakan selanjutnya, kita membuka
sekolah-sekolah dan sejumlah universitas dalam rangka menjauhkan muslim
dari pemuka mereke, Ulama. Di sekolah-sekolah ini kita didik anak-anak
dari Bizantium, Yunani, dan Armenia. Dan menjadikan mereka semua sebagai
musuh-musuh orang Islam. Sedang anak-anak orang Islam, kita mesti
memasukkan satu pemikiran pada mereka ini dengan satu keyakinan bahwa
orang tua mereka adalah orang-orang yang bodoh. Untuk membawa agar
anak-anak muslim ini benci terhadap khalifah, ulama, dan pejabat-pejabat
pemerintahan mereka sendiri. Kita akan memberi penjelasan secara
gamblang apa yang menjadi kesalahan khalifah, ulama, dan pejabat-pejabat
mereka, meyakinkan mereka bahwa khalifah, pejabat dan ulama tersebut
hanya disibukkan dengan apa yang menjadi hobi mereka. Bersenang-senang
dengan para gundik mereka, menyalahgunakan harta rakyat dan tidak lagi
memperhatikan bahwa mereka itu adalah penerus Nabi yang mestinya tidak
berbuat begitu.
12. Untuk menyebarluaskan fitnah bahwa Islam
tidak atau kurang menyukai keberadaan wanita, kita bisa mengambil dasar
dan ayat Al-Qur’an itu sendiri yang menyatakan “Allah melebihkan
laki-laki atas perempuan,” (1)
(1) Surat Annisa, ayat: 34
dan hadits: “Perempuan adalah sumber kejahatan.”
13.
Kotor adalah sebuah akibat kurangnya air. Maka dari itu, kita berusaha
sekuat tenaga untuk menghalangi suplai air dengan jumlah yang cukup.
Langkah-langkah
yang perlu diambil yang disarankan oleh buku seribu halaman tersebut
dalam menghancurkan benteng pertahanan muslim adalah seperti berikut di
bawah.
01. Berilah rangsangan seperti membangkitkan jiwa patriotik
ras dan nasionalis di antara umat Islam, semisal menarik kembali menarik
perhatian mereka terhadap kepahlawanan jaman pra Islam. Munculkan
kembali model kepemimpinan Fir’aun saat berkuasa di Mesir, periode Magi
di Iran, periode orang Babilonia di Iraq, zaman tirani Attila dan
Dzengiz di Turki.
02 Selanjutnya kemungkaran harus
dimasyarakatkan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan,
seperti minum-nimuman keras, judi, prostitusi atau pelacuran, dan daging
babi. Untuk memastikan agar hal tersebut bisa berhasil dengan baik,
warga Kristen, Yahudi, penganut leluhur Iran, dan non-muslim
dimanfaatkan secara maksimal. Bagi mereka yang bekerja dalam bidang ini
harus digaji dengan bayaran yang lebih tinggi dari gaji yang ada di
tempat tersebut. Dan tentunya disediakan oleh Kementrian Persemakmuran.
03.
Tebarkan kerancuan pengertian di kalangan muslim terhadap apa
sesungguhnya jihad. Tanamkan pada mereka bahwa jihad itu merupakan suatu
perintah dalam Islam yang bersifat temporer atau sementara, dan untuk
saat ini tidak berlaku, sudah usang. Hilangkan satu pendapat yang telah
mengakar di penganut Syi’ah bahwa orang Kristen dan Yahudi adalah
curang. Untuk meyakinkan bahwa pendapat demikian ini salah, angkat ke
permukaan ayat Al-Qur’an yang mengatakan, “Pada hari ini dihalalkan
bagimu yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi kitab yaitu
Yahudi dan Kristen itu halal bagimu, dan makanan kamu juga halal pula
bagi mereka,”(1)
(1) Surat Almaidah, ayat : 05
dan tunjukkan pada
mereka contoh kongkrit dari sejarah bahwa Nabi Muhammad memperistri
seorang wanita Yahudi yang bernama “Shofiyah” dan wanita Kristen yang
bernama “Mariya Alqibti” dan isteri Nabi tersebut juga orang-orang yang
baik.
05. Tanamkan keyakinan pada mereka orang muslim bahwa apa
yang pernah dikatakan Nabi dengan Islam adalah sebuah agama yang
sempurna, sehingga pengertian ini bisa mencakup keseluruhan agama baik
itu Yahudi, Kristen maupun Islam. Perkokoh keyakinan tersebut dengan
alasan dasar berikut: Al-Qur’an itu memberi istilah ‘Muslim’ untuk
keseluruhan penganut agama samawi. Contohnya, disebutkan dalam riwayat
Nabi Yusuf Alaihissalam pernah mengajukan permohonan terhadap Allah, “Ya
Allah, matikan saya dalam keadaan menjadi seorang Muslim,” dan Nabi
Ibrahim bersama Ismail ketika sedang berdoa mengatakan, “Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang Muslim (orang yang tunduk patuh) terhadap
Mu dan (jadikanlah) anak cucu kami menjadi Muslim (tunduk patuh) kepada
Engkau dan tunjukkanlah ke pada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah
haji kami, dan terimalah taubat kami, “(1)
(1) Surat Al Baqarah, ayat: 128.
Dan juga Nabi Ya’kub pernah memberi wejangan terhadap anaknya, “Janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. “(2)
(2) Surat Al Baqarah, ayat:132.
Itu semua menunjukkan bahwa yang dicakup dalam istilah ‘Islam’ merujuk kesemua agama samawi.
06.
Katakanlah kepada mereka berulang-ulang bahwa membangun gereja itu
tidak haram. Adalah Nabi Muhammad dan Khalifah penggantinya tidak pernah
menghancurkan gereja malah sebaliknya menghargai keberadaan gereja.
Dalam Al-qur’an dinyatakan, “Sekiranya saja Allah tiada menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah ibadat orang Yahudi
dan masjid-masjid, yang di dalamnya disebut nama Allah. “(1)
(1) Surat Alhaj, ayat: 40.
Ayat
tersebut menunjuk bahwa Islam menghormati tempat-tempat ibadah, bukan
mcnghancurkannya, dan Islam menjaga tempat-tempat tersebut dari siapa
saja yang bermaksud mau menghancurkan.
07. Kacaukan pengertian
tentang hadits yang mengatakan, “Buanglah orang-orang Yahudi dari
Semenanjung Arab,” dan hadits “Dua agama tidak akan bisa berjalan
bersama-sama di Semenanjung Arab.” Kata”‘Seandainya dua hadits ini
memang benar adanya tentu Nabi tidak akan memperisteri orang Yahudi dan
Kristen. Juga tidak akan membuat suatu perjanjian dengan orang Nasrani
dari Najran.”
08. Cobalah untuk menghalangi orang-orang Islam
dari kegiatan peribadatan mereka dan taburkan kebimbangan tentang
manfaat dan kegunaan ibadah dengan mengatakan, “Allah itu tidak
membutuhkan ibadah seseorang.” Cegah mereka dari melaksanakan Haji juga
dari bentuk-bentuk ibadah lainnya yang membawa mereka menuju
kebersamaan. Demikian juga, cobalah untuk merintangi mereka dari
membangun masjid-masjid, makam-makam, sekolah-sekolah, dan perbaikan
Ka’bah.
09. Kacaukan pengertian yang ada di kalangan orang-orang
Syi’ah tentang hukum seperlima dari harta ghanimah yang diperoleh dari
musuh dalam peperangan yang diberikan kepada Ulama dan beri penjelasan
bahwa seperlima itu milik harta rampasan yang diambil dan Daarul-Harb.
Dan hal tersebut tidak ada kaitannya dengan harta komersial atau
perdagangan di mana Ulama dalam hal ini masuk pada golongan fi
sabilillah yang berhak penerima zakat yang dikeluarkan dari harta
komersial tersebut. Kemudian tambahkan bahwa humus hanya bisa diberikan
kepada Nabi atan Khalifah, bukan kepada Ulama karena Ulama sudah diberi
perumahan, hewan peternakan dan perkebunan. Karena itu, tidak pada
tempatnya untuk memberikan humus kepada Ulama.
10. Masukkan bid’ah ke
dalam ajaran Islam dan berikan kritik yang pedas karena Islam adalah
agama yang senang melakukan teror. Jelaskan secara tegas bahwa
Negara-negara Islam berada dalam kondisi sekarat dan sekarang ini sudah
pada posisi akan runtuh. Kemudian lakukan untuk membuat mereka umat
Islam keluar dari konsep hukum Islam.
11. Sangat penting! Jauhkan
para generasi muda yang dipegangi para orang tua, kemudian asingkan
pendidikan generasi tua sebelum mereka. Kita didik generasi muslim
tersebut, dan konskwensinya, pada saatnya nanti mereka itu akan
benar-benar terpisah dari ajaran pendidikan orang tua mereka. Usahakan
bagi mereke agar tidak punya lagi waktu untuk menyentuh yang berkaitan
dengan keimanan, ibadah, dan yang membuat mereka dekat dengan para
Ulama.
12. Pancinglah para wanitanya untuk bisa membuang
jauh-jauh adat menutup aurat. Berilah alasan palsu yang seperti,
“Menutup aurat itu bukan merupakan ajaran Islam yang sesungguhnya. Hal
itu adalah tradisi yang muncul ke permukaan pada masa pemerintahan
Abasiah. Dulunya, orang-orang bisa melihat para isteri Nabi dan
wanita-wanita lain ikut serta dalam segala macam kegiatan sosial dalam
masyarakat.” Setelah kita bisa menelanjangi para wanita, gadis muslim
dari tradisi kebiasaan menutup aurat, ciptakan suatu kegiatan yang
memungkinkan para pemuda Islam bisa berkumpul dan menyatu dengan
wanita-wanita tersebut, ini akan membuat mereka terdorong untuk menjalin
hubungan dan berbuat di luar norma-norma aturan Islam. Inilah cara
paling ampuh dan mujarab untuk menjerat pemuda pemudi Islam sebagai
jalan untuk meruntuhkan kekuatan penyangga utama Islam. Untuk pertamanya
sebagai pioner dalam hal ini peralat wanita non-muslim, dalam jangka
waktu tertentu para wanita muslim secara otomatis akan mengikuti budaya
pergaulan yang ada dan dekadensi moral barang tentu akan menjadi
pemandangan yang umum.
13. Pergunakan setiap ada kesempatan untuk
menghentikan mereka melaksanakan shalat secara berjamaah dengan
menyebutkan kekurangan para imam masjid, melalui cara mengungkapkan
kesalahan para imam masjid. Dan dengan cara memancing perselisihan dan
perpecahan di antara para imam dan para jamaah yang selalu mengikuti
mereka di belakang saat shalat berjamaah.
14. Tanamkan perasaan
skeptis di kalangan umat Islam serta bimbang terhadap yang mana
sesungguhnya yang dikatakan Sayyid, yang merupakan keturunan Nabi
Muhammad. Campur adukkan para Sayyid yang biasa berpakaian serban hitam
dan serban hijau tersebut dengan orang non-Sayyid yang sudah dibuat
sedemikian rupa agar bisa membuat bingung umat Islam, sehingga pada
gilirannya nanti perlahan tapi pasti, bisa sedikit demi sedikit mengikis
respek serta kepercayaan mereka terhadap Sayyid tersebut. Lucuti serban
yang merupakan ciri para pemuka Islam dan ciri khas para Sayyid,
sehingga dengan demikian bisa mengaburkan silsilah keturunan Nabi
Muhammad dan yang ada tidak lagi punya pamor di mata rakyat biasa.
(1)
Sayyid Abdul Hakim Arwasi, dalam bukunya yang berjudul, “Ashhabil
kiram”, yang beliau tulis di Istambul, Turki mengatakan, “Fatimah, putri
Rasulullah, dan keturunannya sampai akhir zaman tetap merupakan Ahlu u
bukan muslim yang taat. Menyintai, membantu dengan segenap jiwa dan raga
kita serta memperhatikan hak mereka akan bisa menyebabkan mati dalam
keadaan beriman. Dulu pernah ada sebuah badan hukum yang secara khusus
mengurusi para Sayyid yang berada di Hama, sebuah kota kecil di Siria.
Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah di Mesir, para keturunan
Hassan diberi gelar Sarief dan sudah menjadi keputusan bahwa mereka ini
memakai serban putih. Sedang keturunan Husein diberi gelar Sayyid dengan
memakai serban hijau. Setiap anak lahir dari dua keturunan ini dicatat
di hadapan Jaksa dan disaksikan oleh dua orang. Semenjak rezim Sultan
Abdul Majid Khan, Rasyid Pasha, antek Inggris yang menjadi perdana
mentri, mencabut badan hukum ini atas saran dari bosnya pemerintah
Inggris. Orang muslim biasa yang tidak diketahui silsilahnya dipanggil
Sayyid. Para sayyid palsu dari Iran bermunculan di sana-sini. Juga
disebutkan dalam buku Fatawa alkhaditsiah bahwa di masa permulaan Islam,
mereka yang keturunan Nabi diberi gelar Syarif. Hanya ketika Bani
Fatimiyah berkuasa di Mesir keturunan Husain dan Hasan diberi ciri khas
tersendiri.
15. Kampanyekan kepada umat Islam bahwa keberadaan
bangunan makam yang besar, yang indah dan menara yang ada di
sekelilingnya seharusnya dihancurkan, serta diratakan dengan tanah.
Dengan satu alasan bahwa bangunan makam yang besar dan dihias seperti
itu tidak pernah ada pada zaman Rasulullah. Perbuatan membangun tersebut
jelas merupakan bid’ah yang ada dalam Islam. Selain itu, cegahlah
setiap muslim yang ingin berziarah ke makam Nabi makam Khalifah dan
Ulama dengan mengemukakan kepada mereka bukti-bukti yang meyakinkan
bahwa ziarah tersebut bukan merupakan ajaran Islam yang sesungguhnya.
Serta putar balikkan fakta yang sebenarnya seperti dengan mengatakan,
Sesungguhnya yang benar itu makam Nabi Muhammad berada di dekat makam
ibunya, sedang makam Abu Bakar dan Umar berada di sebuah pekuburan yang
bernama Baqi. Makam Utsman, khalifah ketiga umat Islam tidak diketahui
di mana letaknya. Husain yang merupakan cucu nabi, kepalanya ditanam di
Hanana. Sedang jasad cucu Nabi tersebut tidak seorangpun tahu di mana
letaknya. Pekuburan yang berada di daerah Kazimiyah yang diyakini orang
Syi ‘ah sebagai makam keturunan Nabi yang bernama Syaikh Qasim dan
Syaikh Jawwad adalah makam dua khalifah. Satu makam yang berada di kota
Tus, yang menurut mayoritas muslim diyakini sebagai makam Syaikh Ali
Ridha, itu sesungguhnya hanyalah makam seorang muslim yang bernama
Harun. Makam-makam yang ada di kota Sammarah adalah pekuburan Bani
Abasiyah, bukan makam Syaikh Hadi, Syaikh Asy’ari dan Syaikh Mahdi, yang
disebut-sebut sebagai keturunan Nabi. Semua tindakan membangun
makam-makam dan menara-menara tersebut adalah tidak mengikuti ajaran
Islam. Oleh karena itu, keberadaannya harus dihilangkan di seluruh
wilayah kekuasaan Islam.
16. Katakan kepada mereka bahwa wajib
untuk menghancurkan tempat bangunan yang digunakan ritual perkabungan
masal oleh muslim Syi’ah dengan alasan hal tersebut merupakan
penyimpangan ajaran Islam. Orang-orang harus dihalangi dari ikut
menghadiri kegiatan ritual perkabungan masal di tempat tersebut. Jumlah
penceramah yang biasa memberikan semangat dalam acara tersebut harus
dikurangi. Untuk mendukung tujuan ini bagi penceramah dan yang mempunyai
tempat yang digunakan sebagai pusat kegiatan ritual perkabungan masal
ini harus ditarik pajak. Hal ini sedikit menghambat jalannya kegiatan.
Yang jelas kegiatan yang bersifat membuat mereka menuju kebersamaan
harus ditekan atau dikurangi.
17. Dengan menggunakan dalih love
of freedom (cinta kebebasan), yakinkan kepada setiap muslim bahwa setiap
orang bebas untuk melakukan apa saja yang ia suka. Tidak wajib hukumnya
melaksanakan amar-ma’ruf nahyi mungkar atau mengajari prinsip-prinsip
Islami. Selain itu tanamkan satu pemikiran bahwa orang Kristen akan
tetap berada pada posisi memeluk agama Kristen dan Yahudi begitu juga
akan berada pada keimanan mereka dalam beragama Yahudi. Tidak seorangpun
bisa mempengaruhi hati orang lain. Urusan hati adalah tergantung pada
Tuhan. Kendati sudah diajak masuk Islam seribu kali, kalau Tuhan tak
memberi hidayah, hal ini tidak akan bisa terjadi. Dan amar-ma’ruf
nahyi-mungkar itu sendiri adalah tugas para ulama dan Khalifah.
18.
Untuk menghambat laju pertambahan populasi umat Islam, kelahiran bayi
mesti dibatasi dan poligami dilarang. Masalah pernikahan harus tunduk
terhadap hukum. Misalnya, harus ada aturan suku bangsa Arab tidak boleh
menikahi suku bangsa dari Iran, sebaliknya orang Iran tidak bolel nikah
dengan orang Arab juga orang Turki tidak boleh nikah dengan orang Arab.
19.
Pastikan untuk menghentikan perambatan dan masuknya orang di luar Islam
ke agama Islam. Siarkan sebuah konsep bahwa Islam adalah agama yang
hanya dikhususkan untuk suku bangsa Arab saja. Untuk mendukung konsep
ini angkat ayat Al-Qur’ an berikut ini, Ini adalah sebuah Dzikir (Islam)
untuk kamu dan orang-orang kamu.”
20. Lembaga-lembaga pendidikan
yang mengacu kepada pembentukan iman harus dibatasi melalui hukum dan
dikurangi, hanya pendidikan dan sekolah negeri yang diizinkan. Orang
yang bersifat pribadi atau lembaga swasta harus ditekan agar tidak bisa
mendirikan lembaga pendidikan semacam sekolah-sekolah atau pesantren.
21.
Munculkan keraguan akan keautentikan Al-Qur’an dan cetak serta
publikasikan terjemahan Al-Qur’an yang memuat pembredelan sebagian ayat,
penambahan dan penyisipan dan katakan pada orang-orang ini, “Copian
Al-Qur’an yang ada sekarang sudah tidak layak lagi untuk dijadikan
rujukan. Satu ayat di satu Al- Qur ‘an tidak ada di Al- Qur’an lain.
Buanglah ayat-ayat yang memojokkan keberadaan Yahudi, Nasrani, dan non
muslim lainnya dan juga ayat yang memuat perintah jihad, amar-ma’ruf
nahyi-munkar. Terjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain, seperti ke
dalam bahasa Turki, Persi, dan India. Sehingga, dengan cara begini kita
bisa mencegah orang di luar Negara Arab mempelajari bahasa Arab. Dan
dalam hal adzan, sholat dan do’a usahakan untuk tidak menggunakan bahasa
Arab. Demikian juga, orang-orang Islam harus dibuat ragu akan
keberadaan hadits-hadits Nabi yang ada. Sejumlah terjemahan, kritik, dan
penyisipan sebagaimana yang telah dilakukan terhadap Al-Qur’an bisa
diaplikasikan juga terhadap Hadits.
Setelah saya selesai membaca
keseluruhan isi buku yang berjudul “How Can We Demolish Islam” (Bagai
mana cara kita bisa menghancurkan Islam), saya benar-benar kagum dan
terkesan atas isi yang terkandung di dalamnya. Benar-benar hebat. Buku
tersebut merupakan yang sangat berharga bagi studi yang akan saya
jalankan. Saya mengembalikan buku tersebut kepada sekretaris dan
berterima kasih kepadanya. Saya katakan buku tersebut benar-benar sangat
membantu misi yang akan saya jalankan. Sekretaris berkata kepada saya,
“Pasti sekarang Anda yakin bahwa dalam melaksanakan tugas ini Anda tidak
sendirian. Kami telah merekrat tenaga kerja yang cukup banyak dalam
melaksanakan satu pekerjaan yang sama, seperti pekerjaan yang akan Anda
jalankan. Kementrian kita telah menandatangani lebih dari lima ribu
orang dalam menjalankan misi ini. Kementerian memprediksi ada
kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah dan mencapai seratus ribu
orang. Bila kita sudah bisa mencapai jumlah tersebut tadi, dipastikan
kita bisa membawa seluruh wilayah kekuasaan Islam ke dalam payung
kekuasaan Inggris Raya.”
Beberapa waktu kemudian sekretaris
mengatakan, ” Ada berita bagus untukmu! Kementrian kita paling lama
membutuhkan waktu satu abad untuk merealisasi program ini. Kita boleh
jadi tidak bisa melihat dan menikmati hari-hari yang menyenangkan itu,
tapi anak-anak kita yang pasti akan menikmati hari-hari yang
menyenangkan tersebut. Betapa indahnya perkataan ini: “Saya telah
menikmati apa yang telah orang tua dulu tanam, dan begitu juga sekarang
saya sedang menanam untuk dinikamti generasi kami selanjutnya.” Program
yang dilaksanakan pemerintah Inggris ini secara tidak langsung telah
membuat senang seluruh Umat Nasrani dan telah bisa menyelamatkan mereka
semua dari abad kedua belas, yaitu abad kegelapan masyarakat Eropa.”
Selanjutnya
sekretaris memberi komentarnya tentang realita sejarah seperti berikut,
“Expedisi Pasukan Salib yang berlangsung selama satu abad sama sekali
tidak menghasilkan sesuatu yang berarti. Begitu juga apa yang telah
dilakukan Pasukan Mongol dari Timur yang dipimpin oleh Jengis Khan,
tidak bisa menghancurkan kekuatan Islam. Hal tersebut dikarenakan sistem
kerja mereka secara tiba-tiba, tidak sistematis dan tidak kuat mengakar
ke tanah. Sehingga dengan begitu kekuatan musuh masih bisa bangkit.
Konsekwensinya mereka menjadi kecapekan dalam waktu yang cukup singkat.
Tetapi kini para pemegang admimstrasi kita yang sudah expert dalam
bidangnya, sedang merobohkan kekuatan utama penyangga Islam memakai
taktik planing yang bagus, yang benar-benar disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada dan dengan memerlukan tingkat kesabaran yang
tinggi. Kita juga harus menggunakan kekuatan militer, namun harus
digunakan pada episode paling akhir. Yaitu setelah kita benar-benar bisa
menguasai kekuatan Islam, setelah kita bisa menghalau dan menghadang
gerak langkah umat Islam dari segenap penjuru dan membuatnya sama sekali
tidak berdaya dan lumpuh, yang tidak pernah akan sembuh dan bangkit
melawan kita.”
Kata-kata terakhir yang diucapkan sekretaris
begini: “Para agen intelejen tinggi yang telah kita posisikan di
Istambul adalah intel yang cerdas dan cekatan. Mereka melaksanakan
planing kita secara tepat. Anda tahu apa yang mereke lakukan? Mereka
melebur, menyatukan diri dengan masyarakat muslim yang membangun
sekolah-sekolah untuk anak-anak mereka. Mereka juga membangun gereja.
Mereka benar-benar sukses di dalam memasyarakatkan minuman keras,
perjudian, kemesuman, dan membikin mereka menjadi kelompok-kelompok
kecil melalui hasutan. Para intel tersebut menanamkan kebimbangan pada
generasi muda Islam. Mereka membangkitkan khilafiyah yang memang sudah
ada sebelumnya dan membakar mereka agar melawan pemerintah. Mereka
menciptakan demonstrasi di mana-mana. Mereka merusak mentalitas pemegang
administrasi dan para negarawan dengan menggunakan jebakan wanita yang
diberi tugas merayu dan mengajak menikmati surga dunia. Dengan
menggunakan pola kerja semacam ini, kekuatan utama ummat Islam hancur
dan tentu akan meninggalkan ajaran agama yang selama ini mereka jadikan
pedoman. Dan memecah belah persatuan mereka. Setelah hal itu berhasil,
saatnya baru menggunakan kekuatan militer.”
(1) Pemerintah
Inggris menggunakan dua puluh satu langkah tersebut dalam program
menghancurkan dua negara Islam yaitu Kesultanan India dan kekhilafahan
Turki Utsmani. Mereka mendirikan aliran-aliran Islam seperti: Wahabi,
Qodiyani, Tabligh Jamaat, dan Jamaatul Islamiyah di India. Kemudian
dengan mudah mereka menginvasi India, menghancurkan administrasi secara
keseluruhan, memenjarakan sultan dan menyembelih dua putranya.
Barang-barang yang berharga serta harta benda lainnya yang telah
berabad-abad menjadi hak rakyat India dijarah dan dikapalkan ke London.
Mereka mengambil batu-batu permata seperti berlian, jamrud, merah delima
dan hiasan dinding makam terkenal Taj mahal yang dibangun oleh Sultan
Syah Jihan pada tahun 1041 Hijriyah (1631 M) di atas kuburan isterinya,
Arjumen Beghum di Aghra, yang dilapisi dengan intan. Sebagaimana kata
Allah, “Barang siapa berbuat makar terhadap Allah, maka Allah juga
berbuat makar kepada mereka”. Balasan muncul ketika Perang Dunia ke dua
pecah. Karena takut diinvasi Jerman, para pastur, pejabat negara dan
sejumlah orang serta harta benda yang cukup banyak dikapalkan. Dalam
perjalanan menuju Amerika, ranjau diluncurkan dari kapal perang Jerman,
Graf Von Spee dan dua kapal penyergap sejenis. Serangan itu mampu
menenggelamkan kapal mereka. Keseluruhan awak kapal dan penumpang serta
harta benda yang mereka angkut tenggelam masuk ke dasar lautan Atlantik.
Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengeluarkan deklarasi Hak Asasi Manusia (The Human Rights Declaration)
yang menolak adanya penjajahan di seluruh dunia. Deklarasi tersebut
dikeluarkan di New York. Pemerintah Inggris kehilangan sumber utama
pemasukan negara yang sudah mereka nikmati selama berabad-abad.
Akhirnya, mereka mencopot gelar Great Britain.
Bag (7)
Dengan mengetahui rahasia negara yang pertama saya ingin untuk segera
mengetahui rahasia negara yang ke dua. Akhirnya, pada suatu hari
sekretaris memberi penjelasan rahasia negara yang ke dua yang telah ia
janjikan tempo dulu. Rahasia ke dua ini termuat dalam sebuah dokumen
yang isinya satu rancangan yang terdiri dari lima puluh halaman yang
dipersiapkan bagi para pejabat teras atas yang bekerja pada kementrian
yang bertugas menghancurkan Islam secara menyeluruh dalam kurun waktu
satu abad. Rancangan ini terdiri atas empat belas alinea. Dokumen yang
berisikan rancangan jamgka panjang tersebut betul-betul disimpan rapi
agar jangan sampai bocor keluar apa lagi jatuh ke tangan muslim. Berikut
ini adalah rancangan yang terdiri atas 14 alinea ini:
1. Kita
harus membenuk suatu pendirian aliansi yang baik dan perjanjian yang
saling menguntungkan dengan orang Rusia Tsar untuk menginvasi Bukhoro,
Tajikistan, Armenia, Khurasan dan tetangganya. Dan lagi genderang
kesepakatan itu harus didirikan dengan pemerintahan Rusia agar bisa
menginvasi tetangganya, Turki.
2. Kita menjalin kerja sama yang baik dengan Perancis dalam menghancurkan dunia Islam, baik dari luar maupun dari dalam.
3.
Kita mesti menyuburkan persengkatan yang ada dan pertikaian
pemerintahan Turki dan Iran, serta menanamkan fanatik kebangsaan dan
kesukuan pada kedua negara tersebut. Selain itu, semua suku bangsa dan
negara muslim yang bertetangga harus dibuat agar saling bermusuhan.
Keseluruhan sekte-sekte agama, termasuk yang sudah mati dihidupkan lagi
dan dipancing untuk saling menyerang satu sama lain.
4. Bagian
bawah dari pemerintahan negara Islam harus diambil alih oleh masyarakat
non-muslim. Contohnya, Madinah harus diberikan kepada Yahudi, Alexandria
kepada Nasrani, Imarah kepada Saiba, Kermansyah kepada sekte
Nusairiyah, yaitu aliran yang mengkultuskan Ali bin Abu Talib, Mousul
kepada sekte Yazidis, Teluk Iran kepada Hindus, Kars kepada sekte
Alawis, Masqat kepada Khawarij. Langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah mempersenjatai kelompok-kelompok tersebut, sehingga setiap dari
mereka akan menjadi onak dalam tubuh Islam. Wilayah-wilayah mereka harus
diperluas sampai kekuasaan, pemerintahan Islam berantakan dan kacau
balau.
5. Sebuah jadwal harus dibuat sedemikian rupa untuk
memecah belah Islam dan Pemerintahan Turki Utsmani menjadi negara-negara
kecil yang terpisah dari Pemerintahan pusat, yang selalu cekcok satu
sama lain.
Contoh kongkrit dari hal ini adalah India saat ini. Dengan
teori yang sudah tak asing lagi di telinga kita “Break, and you will
dominate, and break, and you will destroy.” (Dengan memecah belah Anda
akan bisa menguasai, dan dengan memecah belah juga Anda akan bisa
menghancur kan).
6. Perlu adanya langkah untuk memalsukan
pokok-pokok ajaran Islam dengan menyisipkan sekte-sekte ke dalamnya.
Kita harus menempuh dan menggunakan cara-cara yang halus, sehingga
penyisipan ajaran tersebut benar-benar sesuai dengan nurani dan aspirasi
dari orang-orang yang akan kita jadikan sasaran. Kita akan menumbuhkan
perbedaan-perbedaan yang ada dalam aliran Syi’ah:
(1) sekte yang mengagungkan Husain
(2) sekte yang mengagungkan Syaikh Ja’far Shadiq
(3) sekte yang mengagungkan Imam Mahdi
(4) sekte yang mengagungkan Ali Ridha.
Yang
pertama sesuai untuk Karbala, yang ke dua untuk Isfahan, yang ketiga
cocok untuk Sammarah, sedang yang ke empat sesuai untuk Khurasan. Dalam
waktu yang sama juga kita harus membikin keberadaan empat madzhab yang
ada menjadi sekte-sekte yang berdiri sendiri bukan dalam satu naungan
Sunni. Setelah ini semua bisa terlaksana, kita mendirikan satu sekte
baru dalam Islam di Najd, dan kita kemudian menghasut sekte-sekte yang
ada tersebut agar terjadi kerusuhan berdarah di antara mereka. Kita
selanjutnya menghapus keberadaan literatur-literatur milik empat mazhab
tersebut, sehingga setiap sekte dari sekte-sekte yang ada menganggap
bahwa dirinyalah satu-satunya kelompok Islam yang benar dan memandang
serta menganggap sekte lain sebagai ahli bidah yang boleh dibunuh.
7.
Tanamkan kebiasaan yang bisa menimbulkan kejahatan dan kebencian,
seperti kemesuman, homoseksual, alkohol, dan judi, semua ini harus
disebarkan di tengah-tengah umat Islam. Non muslim yang tinggal di
negara-negara muslim bisa dipekerjakan untuk membantu merealisasi tujuan
ini.
8. Kita harus mengerahkan segala daya upaya untuk melatih
dan mendidik para pmimpim yang tegas dan komandan militer yang kejam di
wilayah kekuasaan Islam, dan menjadika mereka berkuasa, sehingga dengan
begitu akan mengabaikan hukum syari’ah. Kita meletakkan mereka pada
posisi di mana mereka akan tmduk terhadap apa yang diperintahkan
Kementerian Persemakmuran dan sebaliknya apa yang mereke tunut sudah
sepantasnya dipenuhi oleh Kementrian. Melalui mereka kita harus bisa
memaksakan kehendak kita kepada orang Islam dengan menggunakan para
pejabat penegak hukum. Kita harus menciptakan gaya hidup dalam
masyarakat. Yaitu semacam kegiatan badah yang keluar dari ajaran Islam
yang sebenarnya, sebagai langkah mundur praktek keagamaan mereka. Kita
jebak mereka agar memasuki kedalam pemilihan pemimpin yang kandidatnya
berasal dari non muslim. Untuk mencapai tujuan ini, kita harus
menyamarkan sejumlah intel sebagai Ulama dan meletakkan mereka menduduki
posisi pemerintahan yang memungkinkan mereke bisa melaksanakan
planing-planing kita.
9. Lakukanlah sebisa mungkin untuk
mencegah mereka mempelajari Bahasa Arab. Masyarakat bahasa-bahasa selain
Arab seperti Parsi, Kurdi, dan Pashto. Populerkan bahasa-bahasa
tersebut di negara-negara Arab dan dialek-dialek lokal yang ada untuk
menghapus keberadaan literatur dan sastra Arab yang menjadi bahasa
Al-Qur’an dan Hadits.
10. Tempatkan orang-orang kita untuk duduk
di sekitar pejabat-pejabat pemerintahan. Kita nanti secara
berangsur-angsur bisa mendudukkan mereka menjadi sekretaris pejabat
negara tersebut dan melalui mereka kita bisa melaksanakan apa yang
menjadi program kementrian kita. Cara termudah dalam hal ini adalah
dengan siasat perdagangan budak. Pertama-tama kita harus memberikan
latihan yang cukup terhadap mata-mata yang akan dikirim yang disamarkan
sebagai para budak dan para gundik. Kemudia kita menjual mereka itu
kepada keluarga-keluarga terdekat para pejabat pemerintahan. Contohnya
kepada anak-anak mereka, isteri-isteri mereka, orang-orang yang disukai
para pejabat dan orang-orang yang terpandang. Budak-budak ini setelah
kita jual kepada mereka, akan secara perlahan mendekati para pejabat
negara. Dengan adanya mereka menjadi ibu-ibu yang mengasuh dan mengajari
anak-anak mereka, benar-benar akan bisa mengepung para pejabat muslim
seperti gelang yang sudah terpasang di pergelangan tangan.
11.
Areal lapangan para missionaris harus diperluas sehingga bisa menembus
sampai ke seluruh tingkatan kelas atas, menengah maupun kelas bawah dan
ke seluruh departeman, khususnya kedokteran, permesinan dan media massa.
Kita harus membuka pusat-pusat propaganda dan penerbitan di bawah
lindungan nama gereja, sekolah, rumah sakit, perpustakaan dan
lembaga-lembaga sosial di negara-negara Islam dan menyebarluaskan mereka
ke seluruh penjuru. Kita mesti mendistribusikan sejumlah bukti tentang
agama Kristen secara cuma-cuma. Kita harus menerbitkan sejarah tentang
agama Kristen dan hukum-hukum kenegaraan di samping sejarah Islam. Kita
harus harus menyamarkan mata-mata kita sebagai pastur dan biarawati yang
ada. Kita angkat mereka semua menjadi pimpinan-pimpinan pergerakan
nasrani. Orang ini pada saat yang bersamaan punya tugas mendeteksi
seluruh pergerakan dan kecenderungan perubahan yang terjadi pada dunia
Islam. Kita harus membentuk satu pasukan dari orang-orang asrani di
bawah naungan embel-embel nama Profesor, Ahli science. Peneliti, yang
akan membelokkan dan memutar balikkan sejarah Islam, mempelajari yang
sebenar cara hidup orang Islam, akhlaq dan prinsip-prinsip agama yang
mereka pegangi dan kemudian membumi hanguskan keseluruhan buku-buku
penting mereka serta membasmi pengajaran Islam.
12. Kita harus
membuat bimbang dan bingung otak-otak generasi muda Islam dan membangun
keraguan pada mereka tentang Islam. Kita harus benar-benar bisa
menguliti moral yang Islami dari badan mereka lewat sekolah, buku-buku,
majalah-majalah. Dan dalam hal ini, intel yang melasanakan tugas berat
ini harus benar-benar terlatih dengan matang. Adalah suatu prasarat
dalam membuka kegiatan bawah tanah untuk mendidik dan melatih warga
Yahudi, Nasrani dan generasi muda non muslim lainnya, dan menjadikan
mereka sebagai umpan pemikat untuk menjebak generasi muda Islam.
13.
Tindakan provokasi harus diambil untuk memancing timbulnya perang sipil
dan pemberontakan. Orang Islam dibuat sedemikian rupa agar saling
berperang, menyerang satu sama lain, bahkan terhadap non muslim lainnya,
agar energi mereka benar-benar terkuas, terbuang sia-sia sehingga tidak
mungkin bagi mereka untuk bisa mengadakan perbaikan dan rekonsiliasi.
Kondisi mental dinamis serta sumber finansial harus dibinasakan.
Prasarana dan segala sesuatu yang bisa meremajakan dan mengaktifkan
mereka kembali harus dijauhkan. Ketentraman yang ada pada mereka harus
diubah menjadi terror dan anarkhi.
14. Perekonomian mereka harus
benar-benar diruntuhkan sama sekali. Sumber pemasukan utama dan areal
pertanian harus dirusak. Jaringan irigasi yang mengairi areal pertanian
dan kanal harus dihancurkan dan bila mungkin sungai dibikin kering.
Orang-orang harus dibuat enggan dalam melaksanakan shalat dan bekerja.
Kemalasan harus dimasyarakatkan. Lokasi tempat bermain harus dibuka bagi
orang-orang yang malas. Narkotik dan alkohol harus dijadikan makanan
sehari-hari mereka. (1)(1) Dalam alenia ini keterangan dilengkapi dengan
peta gambar dan grafik.
Saya sangat berterima kasih atas diberinya salinan dokumen rahasia negara tersebut.
Setelah
selama satu bulan tinggal di London, saya menerima sebuah pesan dari
Mentri Persemakmuran yang menyuruh saya agar balik ke Iraq untuk kembali
melihat Muhammad Annajd. Saat saya berpamitan untuk berangkat
melaksanakan misi saya, sekretaris berpesan , “Jangan sembrono terhadap
Muhammad Annajd! Sebagaimana diketahui dari lapotan yang dikirim secara
berantai oleh mata-mata kita sampai sekarang, Muhammad Annajd adalah
sebuah sosok pribadi yang sangat tepat untuk merealisir tujuan kita”.
“Katakan
secara terus terang kepadanya. Intel kita telah berbicara panjang
dengan dia dan mengatakan secara blak-blakan di Isfahan. Muhannnad
Annajd bisa menerima sejumlah draft persetujuan yang kita inginkan. Dia
menyepakati draft tersebut dengan mengajukan prasyarat bahwa dia harus
disokong dengan biaya yang memadai dan persenjataan yang melindungi dia
dari ancaman masyarakat dan pemuka Islam yang berniat mau menyerang dia
karena peluncuran gagasan-gagasan dan pandangannya yang independen
terhadap Islam. Sebuah kerajaan nantinya akan didirikan kendati dalam
kala kecil di negerinya. Mentri Persemakmuran bisa menerima apa yang dia
ajukan sebagai prasasti!
Mentri Persemakmuran telah menemukan
program yang tepat yang harus dilaksanakan berkenaan dengan Muhammad
Annajd. Program-program itu sebagai berikut.
1. Dia akan
mengumumkan bahwa semua orang Islam yang tidak mengikuti alirannya
adalah kafir , yang halal darahnya dan boleh harta bendanya diambil,
serta hak kemerdekaannya dihilangkan. Yang laki-laki dijadikan budak
yang bisa dijual di pasar budak, sedang yang perempuan bisa dijadikan
jariyah.
2. Dia akan mengeluarkan statemen bahwa Ka’bah adalah
berhala dan karena itu harus dihacurkan. Untuk menghapus pelaksanaan
ibadh haji, dia akan memprovokasi sejumlah suku untuk menyerang dan
menjarah barang milik jamaah muslim yang akan melakukan ibadah haji dan
membunuh mereka.
3. Dia akan berusaha keras menghasut rakyat
untuk tidak mengindahkan, tidak mentaati khalifah. Dia akan memancing
mereka agar melawan pemerintah pusat. Untuk tujuan ini dia akan
mempersiapkan sejumlah pasukan bersenjata. Dia akan menggunakan setiap
kesempatan untuk menyebarluaskan satu keyakinan bahwa perlunya tindakan
diambil untuk melawan Ulama terkemuka Hijaz.
4. Dia akan
mengeluarkan pernyataan bahwa bangunan besar di atas makam, menaranya,
dan tempat-tempat keramat di wilayah kekuasaan Islam termasuk hal yang
mengacu kepada tindakan yang menyebabkan seseorang musyrik, dan karena
itu keberadaan bangunan-bangunan tersebut harus dihancurkan. Dia akan
melakukan yang terbaik untuk menciptakan setiap kesempatan untuk
memojokkan posisi Nabi Muhammad, Khalifah penggantinya dan para Ulama
mazhad terkemuka.
5. Dia akan melakukan dengan sepenuh hati
untuk mengadakan pemberontakan, demonstrasi dan perbuatan yang mengarah
anarkhi di wilayah kekuasaan Islam.
6. Dia akan mencoba untuk
menerbitkan salinan Qur’an yang telah sebagiannya disisipi, ditambahi
dan penghilangan sebagian ayat, sebagaimana yang akan juga dilakukan
terhadap keberadaan hadits.
Setelah menerangkan enam pharagrap di atas, sekretaris menambahkan pesan, “Jangan panik dengan
program
yang terlihat sangat kontroversi ini. Karena bagaimanapun tujuan kita
adalah menghancurkan kekuatan Islam. Nanti ada generasi di belakang kita
yang akan menyempurnakan tugas ini. Pemerintahan Inggris telah
mendirikan suatu kebiasaan untuk menjadi orang yang sabar dan maju
selangkah demi selangkah. Bukankah Nabi Muhammad tokoh revolusioner yang
hebat, yang besar itu juga seorang manusia biasa? Dan dalam hal ini
Muhamad Annajd mengambil pelajaran dari sejarah Islam dan berjanji akan
mclakukan sebuah revolusi seperti yang dilakukan Nabi Muhammad.”
Kemudian
saya minta permisi kepada Mentri persemakmuran dan sekretaris dan
mengucapkan salam perpisahan kepada keluarga, teman, dan lalu berangkat
menuju Basrah. Saat itu anak saya berpesan, “Cepat pulang, ya, Pa!” Air
mata saya meleleh. Saya tidak bisa menyembunyikan kesedihan saya.
Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan ini, akhirnya, aku
sampai di Basrah pada malam hari. Saya langsung menuju rumah Abdur
Ridha. Saat itu dia sedang tidur. Ketika bangun dan melihat saya, dia
sangat
senang. Dia menyambut kedatangan saya dengan sambutan yang
hangat dan ramah. Saya tinggal semalam di sana. Pagi harinya ia berkata
kepada saya, “Muhammad Annajd meningalkan sebuah surat untuk kamu. Ini
suratnya.” Saya buka surat tersebut. Dia menulis dalam surat itu bahwa
dia saat ini lagi pulang kampung ke Najd, dan dia meninggalkan
alamatnya. Saat itu juga saya berangkat ke Najd. Setelah melakukan
perjalanan cukup panjang, akhirnya saya sampai di sana juga. Saya
menemukan Muhammad Annajd di rumahnya dalam kondisi cukup kritis. Dia
banyak kehilangan berat badan. Dalam kondisi seperti itu, saya tidak
mengatakan apa-apa tentang diri saya. Berikutnya saya mengetahui bahwa
dia saat itu baru saja menikah.
Sudah tercapai kesepakatan di antara
kami agar saya diperkenalkan kepada orang lain sebagai budaknya, yang
baru saja pulang dari suatu tempat.
Saya tinggal bersama Muhammad
Annajd selama dua tahun. Kami membuat suatu program untuk meluncurkan
gagasannya. Akhirnya, saya mengumumkan deklarasi aliran yang baru dalam
dunia Islam pada tahun 1143 Hijriyah (1730 Masehi). Dengan jalan
mengumpulkan penduduk di sekitar lingkungan dia sendiri. Dia mulai
mendapat pendukung untuk menyebarkan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi
terhadap orang-orang yang akrab dan dekat dengan dia. Hari demi hari,
cakupan dakwahnya semakin luas. Untuk memastikan agar dakwahnya bisa
berjalan lancar, saya membentuk suatu badan yang bertugas sebagai Body
guard untuk melindungi dia dari tindakan orang-orang yang tidak setuju
dengan apa yang dilakukan Muhammad Annajd. Saya memberikan berapa saja
uang yang mereka minta. Kapan saja ada musuh yang ingin menyerang
perjalanan aktivitas Muhammad Annajd, saya selalu memberi semangat dan
membesarkan hati para body guard tersebut. Seiring dengan dakwahnya yang
semakin menyebar dan meluas, jumlah lawan-lawannya semakin bertambah.
Kadang-kadang dia ingin menghentikan ajakannya, dakwahnya, khususnya
ketika membanjirnya serangan dan intimidasi yang diarahkan ke padanya.
Saya tidak tidak pernah meninggalkan dia sendirian, sebaliknya selalu
memberi dorongan moral kepadanya. Saya memberi sedia semangat dia dengan
mengatakan, “Nabi Muhammad jauh banyak mengalami penderitaan dari pada
apa yang sejauh ini anda rasakan. Anda tahu, inilah jalan menuju
kemenangan. Sebagaimana tokoh revolusioner lainnya, Anda tentu harus
mengalami banyak kesulitan!”
Para musuh menyerang setiap saat. Saya
oleh karena itu, mengambil orang bayaran untuk memata-matai lawan-lawan
Muhammad Annajd. Kapan saja musuh-musuhnya mengganggu dia orang tadi
melaporkan kepada saya dan saya menetralisir gangguan tersebut. Pernah
suatu ketika saya dilapori akan ada musuh yang ingin menghabisi Muhammad
Annajd. Saya dengan segera mengambil tindakan pencegahan untuk
menggagalkan persiapan mereka. Kapan saja orang di sekitar Muhammad
Annajd mendengar rencana makar para musuh, mereka segera bergegas
mengatasi atau menggagalkan rencana makar, tidak segan-segan bertindak
lebih jauh. Mereka akhirnya masuk ke dalam perangkap yang mereka pasang
sendiri.
Muhammad Annajd berjanji akan melaksanakan enam draft
program dengan memberi satu catatan, “Untuk sementara waktu saya hanya
bisa melaksanakan dari sebagian draft yang ada.” Dia bagaimanapun benar
dalam hal ini. Tidak mungkin baginya untuk melaksanakan keseluruhan
program tersebut.
Saya mendapatinya tidak mungkin untuk melakukan
penghancuran Ka’bah. Dan dia juga tidak mau merealisasi satu gagasan
untuk mengumumkan bahwa Ka’bah itu berhala. Selain itu dia menolak
dengan tegas untuk menerbitkan salinan Al-Qur’an yang mengalami
perubahan atau intervensi tangan manusia. Yang paling dia takuti dalam
hal ini adalah reaksi yang akan muncul dari Syarif Imam Masjidil Haram
di Mekah dan pemerintah Istambul. Dia mengatakan kepada saya, “Jika saja
kita melakukan 2 naskah ini, dipastikan kita akan diserang oleh pasukan
Istambul yang bersenjata lengkap. Saya bisa memahami alasannya. Karena
dia benar. Situasi dan kondisi sama sekali tidak mendukung.
Beberapa
tahun berikutnya, Mentri Persemakmuran berusaha keras untuk membujuk
Muhammad bin Su’ud, gubemur Dir’iyyah, untuk bergabung dengan jalur
aliran agama yang kami jalani. Kementrian Persemakmuran mengirim kepada
saya sebuah utusan yang memberitahu tentang hal ini dan yang akan
membentuk suatu hubungan kerja sama yang saling menguntungkan di antara
dua Muhammad, yaitu Muhammad Annajd dan Muhammad bin Su’ud. Untuk bisa
memperoleh kepercayaan, dan dukungan dari masyarakat muslim, kami
menempatkan Muhammad Annajd sebagai kekuatan secara moral dan Muhammad
bin Su’ud dari sisi politik. Merupakan fakta sejarah bahwa suatu negara
yang didirikan atas dasar agama bisa hidup lama dan lebih kuat serta
lebih stabil.
Akhirnya, kami dalam tahap-tahap berikutnya semakin
menjadi kuat dan mengakar. Kami menjadikan Dir’iyyah sebagai ibukota
negara dan memberikan nama terhadap aliran baru tersebut Wahhabi.
Kementrian Persemakmuran mendukung dan memperkuat pemerintahan Wahhabi
lewat jalan belakang. Dalam pemerintahan baru Inggris melibatkan sekitar
sebelas ahli dari pemerintahnya. Mereka sudah terbiasa berbahasa Arab
dan sudah terlatih melakukan perang di gurun pasir Mereka semua
bersembunyi di balik nama budak. Kami mempercepat program-program kami
dengan menjalin kerja sama bersama pemerintah. Kedua Muhammad telah
setuju jalan yang saya tunjukkan. Kapan saja kami tidak menerima
perintah dari Kementrian Persemakmuran, sedang kami punya suatu
persoalan, maka kami mengambil keputusan sendiri.
Kami
semua menikahi wanita-wanita dari berbagai suku. Kami sangat senang dan
merasakan bahagia atas sikap setia yang ditunjukkan wanita Islam
kepada suaminya. Sehingga dengan dernikian kami telah bisa menjalin
hubungan dengan suku-suku tersebut. Segala sesuatunya lancar. Iklim
aktivitas kami semakin hari semakin baik. Asal saja segaala sesuatunya
sesuai dengan rencana, kami akan bisa menikmati apa yang telah kami
tanam. Kami telah melakukan apa saja yang perlu dilakukan setelah
menabur benih untuk kemudian nanti kami petik.